BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Setelah Nabi Muhammad
SAW wafat, penerus tongkat estafet beliau untuk menjadi pengganti Nabi dalam
menyampaikan dakwah dan mengajarkan agama Islam menjadi perdebatan. Nabi
Muhammad mempunyai peran ganda disamping menjadi Nabi dan Rasul, beliau juga
menjadi kepala negara saat itu. Setelah beliau wafat, peran beliau sebagai Nabi
dan Rasul tidak tergantikan karena beliau adalah Rasul terakhir yang dipilih
oleh Allah. Namun, sebagai kepala negara yang didalamnya melekat tugas-tugas
keagamaan maupun politik, perlu digantikan oleh seorang pengganti atau
khalifah. Berkenaan dengan siapa yang menggantikan posisi beliau, Nabi sendiri
tidak menunjuk seseorang atau menentukan kriteria-kriterianya secara tegas.
Juga karena pada masa itu, perhatian penuh umat Islam kepada dakwah, maka
masalah penggantian ini tidak dipikirkan secara khusus. Hal inilah yang
kemudian melahirkan kontroversi di kalangan para sahabat sepeninggal Nabi.
Yakni, tentang siapa yang mesti menjadi pengganti Nabi sebagai kepala negara,
dan bagaimana proses pengangkatannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana
kepemimpinan pada masa Abu Bakar Ash Siddiq ?
2) Bagaimana
kepemimpinan pada masa Umar Bin Khattab ?
3) Bagaimana
kepemimpinan pada masa Usman Bin Affan ?
4) Bagaimana
kepemimpinan pada masa Ali Bin Abi Thalib ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PEMERINTAHAN ABU BAKAR ASH SIDDIQ
Sebelum memeluk agama
Islam, beliau bernama Abdul Ka’bah dan setelah memeluk Islam namanya diganti
oleh Rasulullah SAW menjadi Abdullah bin Abi Quhafah At-Tamimi. Beliau termasuk
suku Quraisy dari Bani Tamim, ayahnya bernama Quhafah bin Amir dan ibunya
bernama Ummul Khair Salma binti Sakhir. Beliau lahir dua tahun setelah
kelahiran Nabi Muhammad SAW.
1 Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah
Abu Bakar adalah
khalifah pertama yang menggantikan tugas Nabi setelah wafat. Abu Bakar dipilih
melalui perundingan di Muktamar Tsaqifah Bani Sa’idah. Kaum Anshar mengajukan
calon Sa’ad ibn Ubadah. Sedangkan Kaum Muhajirin mengajukan calon Abu Ubaidah
ibn Jarrah. Sementara itu dari Ahlul Bait menginginkan agar Ali bin Abi Thalib
menjadi khalifah atas dasar kedudukannya dalam islam juga karena sebagai
menantu Rasulullah. Hampir saja terjadi perpecahan dan adu fisik. Melalui
perdebatan dan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah
kaum muslimin untuk menduduki jabatan
Abu Bakar dalam bidang pemerintahan
Abu Bakar dalam bidang pemerintahan
Sebagai khalifah
pertama Abu Bakar dihadapkan pada keadaan masyarakat sepeninggal Muhammad SAW.
Ia bermusyawarah dengan para sahabat untuk menentukan tindakan yang akan
diambil. Pada masa ini muncul pula nabi nabi palsu seperti Musailamah AL-Kazzab
dari Bani Habifah di Yamamah, Sajjah tamimiyah dari Bani Tamim, Thulaihah bin
Khuwailid dari Bani As’ad, dan Aswad Al-Ansi dari Yaman. Ia bersumpah dengan
tegas akan memerangi semua golongan yang menyimpang dari kebenaran. Untuk
memerangi kemurtadan dibentuklah sebelas pasukan yang bertujuan agar
terciptanya persatuan umat, penegakan hukum dan keadilan. Abu Bakar mengangkat
Ali Bin Abi Thalib sebagai deputi untuk mengurusi masalah kesekretariatan
negara.
Abu Bakar melanjutkan
sistem pemerintahan yang bersifat sentral seperti zaman Rasulullah yakni
kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif terpusat di satu tangan. [1] Pada
saat Abu Bakar menjadi khalifah terjadi perang Yamamah yang merenggut korban
kurang lebih 70 orang penghafal Qur’an. Banyaknya sahabat yang gugur dalam
perang menimbulkan kekhawatiran di kalangan sahabat terutama Umar. Umar
menyarankan kepada Abu Bakar agar menghimpun surah-surah dan ayat-ayat yang
masih berserakan dalam satu mushaf. Awalnya Abu Bakar keberatan karena hal itu
tidak dilakukan oleh Rasulullah. Umar meyakinkan kepada Abu Bakar bahwa hal itu
semata-mata untuk melestarikan AlQur’an, akhirnya Abu Bakar menyetujuinya. Zaid
ibn Tsabit menerima tugas untuk menghimpun pengumpulan, dengan berpegang teguh
pada tulisan di rumah Rasulullah SAW, hafalan-hafalan para sahabat, dan
naskah-naskah yang ditulis oleh sahabat untuk dirinya sendiri. Setelah
terkumpul, terbentuklah satu naskah AlQur’an lengkap di atas adim (kulit yang
disamak). Setelah selesai mushaf tersebut diserahkan kepada Abu Bakar dan
disimpannya sampai ia wafat.[2]
Pada tahun pertama
kepemimpinannya, beliau memfokuskan program-programnya untuk mengatasi masalah
fanatisme kesukuan masyarakat Arabia yang pada saat itu belum kuat dasar
agamanya dan lahirnya kembali lawan-lawan politik Islam yang dahulu di masa
Nabi Muhammad SAW belum sepenuhnya mengakui pemerintahan Madinah. Baru kemudian
di tahun kedua beliau meneruskan ekspansi wilayah di luar semenanjung Arabia
yang pernah dirintis oleh Nabi Muhammad yang belum mencapai tujuannya.
Kontribusi Abu Bakar
yang paling menonjol adalah dua hal. Pertama, mengembalikan kebulatan keyakinan
terhadap ajaran Islam, mengintegrasikan masyarakat dan politik Islam yang
berpusat di Madinah sebagaimana dahulu pernah diletakkan oleh Nabi. Kembalinya
kaum muslimin kepada ajaran Islam, dan pengakuan atas pemerintahan Islam yang
berpusat di Madinah merupakan dasar yang kokoh bagi pengembangan cita-cita
dakwah politik Islam. Kedua, Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid
bin Walid memimpin delegasi ke Irak dan dapat menguasai daerah Hirah pada 634
M. Sementara untuk Syria dikirim pasukan di bawah pimpinan Abu Ubaidah, Amr bin
‘Ash, Yazid bin Abi Sufyan, dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh
Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat pasukan ini, Khalid bin
Walid yang semula dikirim ke Irak, diperintahkan menuju ke Syria melalui gurun
pasir yang amat sulit, dan akhirnya semua itu dapat dicapai. Inilah kontribusi
Abu Bakar untuk meneruskan cita-cita Nabi dalam pengembangan wilayah dakwah
Islam.[3]
3. Wafatnya Abu Bakar Ash Siddiq
Setelah
memerintah selama 2 tahun 3 bulan, Khalifah Abu Bakar Wafat dalam Usia 63
tahun. Beliau wafat pada 21 Jumadilakhir 13 H. Beliau dimakamkan di Masjid
Nabawi di samping makam Rasulullah SAW.
2.2 PEMERINTAHAN UMAR BIN KHATAB
Umar lahir sekitar tahun 583 M. Umar Bin
Khatab adalah putra Khatab bin Nufail bin Abdul Uzza Al Quraisy dari suku Bani
Addy. Ibunya bernama Hantamah binti Hasyim ibnu Abdil Mughirah bin Abdillah.Umar
ditunjuk oleh Abu bakar menjadi khalifah pada tahun 13 H bertepatan dengan tahu
634 M.
1. Langkah Perjuangan Umar Bin Khatab
sebagai Khalifah
Setelah dilantik
menjadi khalifah, Umar Bin Khattab melanjutkan usaha perluasan wilayah dan juga
memperbaiki struktur pemerintahan Islam
dan membentuk lembaga lembaga negara serta memperbaiki keadaan ekonomi.
Abu
Bakar adalah khalifah pertama yang menggantikan tugas Nabi setelah wafat Umar
bin Khattab meneruskan perjuangan Abu Bakar untu memperluas wilayah sampai
Persia. Umar mengirim pasukannya yang dipimpin oleh Abu Ubaidah dan paglima
Sa’ad Abi Waqash pada tahun 15H (635M). Pasukan Muslim memperoleh
kemenangannya. Sisa sisa pasukan Persia yang selamat melarikan diri ke Ibu kota
Persia yaitu kota Al-Madain. Pasukan
Muslim mengerjarnya dan mengepungnya selama 2 tahun. Kisra Yazdazird III
melarikan diri ke luar kota. Dan akhirnya pada tahun 18 H Persia jatuh ke
kekuasaan kaum Muslimin an Umar mengangkat Panglima Sa’ad bin Abi Waqash
sebagai gubernurnya.
Sementara
itu Kisra Yazdazird III berhasil menyusun kekuatan 10.000 tentara yang dipimpin
oleh ia sendiri. Untuk menghadapi perlawanan ini Umar bin Khattab menunjuk
Nu’man bin Muqqarin Al-Muzani untuk memimpin pasukan Islam dan mencari pasukan
Yadzazird. Edua pasukan itu bertemu di Nahawand tahun 21 H dan terjadilah
pertempuran yang hebat. Pasukan Muslim menang dan terkenal dalam sejarah
debagai Fathul Futuh, yaitu
kemenangan yang terbesar dari kemenangan.
a.
Dakwah Islam ke Damaskus
Dibawah pimpinan Khalid
bin walid pasukan Islam bergerak ke Damaskus. Saat pasukan Islam datang, para
prajurit Damaskus dalam keadaan mabk mabukan, sehingga dengan mudah dapat
ditundukan oleh tentara Islam.
b.
Membebaskan Baitul Maqdis di Yarusalem
Pada tahun 16 H
Yarusalem dikuasai oleh Kaisar Heraclius dari kerajaan Romawi.
Lalu pasukan Romawi di bawah pimpinan Artavon dan
psukan Islam di bawah pimpinan Amru bin Ash bertemu dan terjadilah pertempuran.
Pasukan Romawi tidak mampu menghadapi pasukan Islam setelah Yarusalem dikepung
oleh tentara Islam selama 4 bulan.
Karena penduduk dan
Uskup Agung Sophronius selaku pemimpin Nasrani di Yarusalem yang merasa
tertekan dibawah kekuasaan Romawi mendukung perdamaian yang diinginkan Islam ,
akhirnya Artavon menyetujui perdamaian dan penyerahan kota Yarusalem dengan
syarat :
1) Penghentian
penyerangan
2) Pasukan
Romawi diizinkan keluar dari Yarusalem dengan damai
3) Penyerahan
Yarusalem akan dilakukan hanya kepada penguasa Islam yaitu khalifah Umar bin
Khattab
c.
Perluasan dakwah ke Mesir
Amru bin Ash
mengusulkan kepada khalifah Umar bin Khattab agar ada perluasan Islam ke Mesir
yang saat itu dijajah Romawi. Ini akan memperkuat kekuasaan Islam di Palestina
dan Syirira.
d.
Membebaskan Iskandariah
Keberhasilan pasukan
Islam merebut benteng Babilon mempermudah menguasai daerah daerah lainnya di
Mesir. Hal ini terjadi dikarenakan pasukan Romawi yang menguasai hampir seluruh
Mesir tidak mampu lagi menahan serangan serangan dari pasukan Muslim. Oleh
karena itu, Amru bin Ash membawa pasukannya ke kota Iskandariah dan mengepung
kota pelabuhan terpenting itu. Pembesar Romawi langsung menyerahkan kota itu
pada pasukan Islam dan pihak Muslim membiarkan orang Romawi pergi dengan aman.
2. Perjuangan Umar memperbaiki Bidang
Ekonomi dan Pemerintahan
a.
Kebijakan dalam bidang ekonomi
·
Membentuk Jawatan Pos, yang bertugas
menyampaikan berita dari pusat pemerintahan Madinah ke daerah daerah dan
sebaliknya.
·
Mendirikan Baitul Mal, yaitu tempat
untuk menyimpan kekayaan negara.
·
Mendirikan Diwan Al-Kharaj, yaitu suatu
Dewan yang mengurusi pajak tanah dan Diwan Al-Jund yaitu suatu dewan yang
mengurusi keuangan.
·
Membentuk lembaga yang bertugas memberi
santunan kepada anak anak yatim, orang orang tua dan wanita menyusui serta
mereka yang kehabisan bekal di perjalanan.
·
Perbaikan masjid, diantaranya Masjidil
Haram di Mekah, Masjid Nabawi di Madinah, serta Masjidil Aqsa di Palestina.
b.
Kebijakan dalam bidang pemerintahan
·
Mengangkat gubernur
·
Pembentukan Dewan Hakim yang berfungsi
untuk memutuskan perkara baik di pusat maupun di daerah.
·
Pembentukan lembaga negara, seperti
Dewan militer dan Badan Permusyawaratan para sahabat yang berungsi untuk
memberikan pertimbangan untuk kemajuan pemerintahan.
·
Membagi wilayah kekuasaan Islam menjadi
8 provinsi, yaitu : Madinah, Mekah, Syria, Bashrah, Jazirah, Kuffah, Palestina
dan Mesir.
·
Menetapkan 1 Muharam sebagai tahun baru
Hijriyah.[4]
3.
Wafatnya Umar Bin Khattab
Suatu hari budak bangsa
Persia yang bernama Feroz (Fairuz atau lebih dikenal Abu Lu’luah) datang pada
Umar dengan pengaduan majikannya telah membebankan padanya pajak yang sangat
berat. Umar berjanji akan memeriksa masalah itu. Hari berikutnya pada saat Umar
shalat , Abu Lu’luah tiba tiba menyerang dari belakang dan menusuk Umar. Tiga
hari kemudian Umar meninggal dan dimakamkan pada tanggal 1 Muharam tahun 23 H
atau 644 M. Kekhalifahannya berlangsung selama 10 tahun 6 bulan 4 hari.[5]
2.3 PEMERINTAHAN USMAN BIN AFFAN
Usman
bin Affan dilahirkan di Mekah pada 576 M, yaitu tahun ke-5 setelah kelahiran
Nabi Muhammad SAW. Beliau termasuk kabilah Ummah dari suku Quraisy. Ayahnya
bernama Affan bin Abdil Ash bin Umaiyyah bin Abdi Syams. Ibunya bernama Arwa
binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin Abdi Syams.[6]
Usman
ditunjuk menjadi khalifah oleh Dewan Pemilihan Khalifah yang telah dibentuk
oleh Umar sebelumnya. Usman resmi menjadi khalifah pada hari Senin tahun 23 H
bertepatan 644 M pada saat beliau berusia 70 tahun.
1.
Langkah
perjuangan Usman
a.
Perluasan Imperium
Khalifah
Usman memerintah imperium Muslim selama kira kira 12 tahun. Selama
kekhalifahannya, imperium Arab meluas di Asia dan Afrika. Pada permulaan
pemerintahannnya terjadi pemberontakan oleh oarang orang Persia yang dihasut
oleh Yazdagird. Khalifah memadamkan pemberontakan itu, kemudian diikuti oleh
penyerbuan jenderal jenderal Arab ke Herat, Kabul, Ghazni, dan Asia Tengah.
Wilayah wilayah ini diserbu dan ketua suku Afghanistan, Balkh, Turkestan dan
Korasan dipaksa untuk mengakui kedaulatan kekhalifahan dan harus membayar upeti
kepada khalifah.
b.
Pembangunan Angkatan Laut
Di
Syiria sering terjadi serangan serangan angkatan laut Romawi di pesisir
provinsinya. Untuk memukul mundur penyerbuan itu , Muawiyah Gunernur Syiria
merasakan perlunya angkatan laut. Oleh karena itu dibentuk lah suatu angkatan
laut. Usman bin Affan memindahkan pelabuhan Hijaz dan Bandar Su’aibi ke Jeddah
(26 H). Setelah ituarus lalu lintas perdagangan pun semakin ramai.
c.
Penyusunan Kitab Suci Al-Quran
Selama
kekhalifahan Umar trdapat berbagai versi Kitab suci Al-Qur’an di berbagai
wilayah. Usman memutuskan untuk menghilangkan perbedaan dan menghimpun versi
yang benardari Kitab Suci Al-Qur’an. Ini terjadi kira kira tahun 26 H. Umar
menunjuk dewan yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Dewan ini menghimpun Kitab
suci yang autentik. Mereka juga menyalin kitab suci yang sudah disusun. Lalu
salinannya dikirim ke berbagai wilayah dan kitab yang ada diwilayah iitu dibakar
sehingga keautentikan Al-Qur’an dapat dijaga.[7]
d.
Perluasan Masjid Nabawi dan Masjid
Al-Haram
Masjid
Nabawi diperluas hingga 160x150 hasta dengan tiang tiang pualam, dinding batu
berukir, ertahta perak dan atap melengkung. Sedangkan Masjid al-Haram telah
mempunyai bangunan di sekitar Ka’bah dengan Kiswah dari Mesir, sebelumnya hanya
dari anyaman kulit.[8]
2.
Khalifah
Usman dalam Bidang Pemerintahan
Dalam
bidang pemerintahan, khalifah Usman tidak melakukan usaha perbaikan. Memang
awalnya makmur dan berhasil. Tapi setelah itu banyak kebijakan yang menyebabkan
masalah dalam masyarakat Islam.dibagian terakhir kekuasaannya timbul kerusuhan
, terutama di Mesir dan Irak. Orang orang menuduhkan nepotisme dan favoritisme
terhadap khalifah. Mereka berkata bahwa beliau hanya menguntungkan sanak
saudaranya, Bani Umayyah, dengan jabatan tinggi dan harta kekayaan. Memang
khalifah Usman pernah mengganti beberapa gubernur, seperti :
·
Amru bin Ash, gubernur Mesir yang
diganti oleh Abdullah bin Sa’ad saudara Usman.
·
Abu Musa Al-Asy’ari, gubernur Bashrah
yang diganti oleh Abdullah bin Amir (keluarga Bani Umayyah)
Kelemahan
lain dalam pemerintahan Usman yaitu kurangnya pengawasan dalam mengeluarkan
uang negara. Banyak pejabat yang hidup bermewah mewahan dan menyalahgunakan
harta Baitul Mal. Di buku lain menyebutkan bahwa Usman tidak sepenuhnya
bersalah. Orang orang yang diangkatnya menjadi gubernur memang
berkompeten. Kecuali Al-Walid yang
kemudian dipecatnya.
Banyak
kalangan Muslim yang merasa tidak puas terhadap pemerintahan Umar. Reaksi awal
hanya pembicaraan sekelompok orang. Namun kemudian bertambah besar dan menjalar
ke berbagai daerah. Kemudian memuncak menjadi fitnah besar yang memotivasi
pemberontak dari wilayah Mesir, Kufah, dan Basrah.
3.
Wafatnya
Usman bin Affan
Khalifah
Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan
Ramadhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2 ulimatum oleh pemberontak (Ghafiki
dan Sudan), yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai
kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak
menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan
Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh
Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan
Rasullullah perihal kematian Utsman yang syahid
nantinya, peristiwa pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah Utsman oleh
para pemberontak selama 40 hari. Utsman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. Ia dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
2.4 PEMERINTAHAN ALI BIN AB THALIB
Ali adalah putra Abu Thalib bin Abdul Muthalib. Ibunya bernama
Fatimah binti As’ad bin Hasyim. Ali bin Abi Thalib lahir di kota Mekkah 10
tahun sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW. Silsilah Ali Bin Abi Thalib dan
Rasulullah SAW bertemu pada kakeknya, yaitu Abdul Muthalib. Dengan demikian,
Ali bin Abi Thalib dan Rasulullah SAW adalah saudara sepupu. Ali adalah anak
paman Rasulullah SAW.
Ali bin Abi Thalib sejak kecil tinggal bersama keluarga Rasulullah
SAW, ketika Mekkah dilanda paceklik dan kehidupan sangat sulit, Rasulullah SAW
dan Abbas ibn Abdul Muthalib menawarkan bantuan untuk mengasuh salah seorang
dari anak pamannya itu. Maka Abu Thalib menyerahkan Ali untuk dirawat oleh
Rasulullah SAW dan jafar dipelihara oleh Abbas. Ali bin Abi Thalib dikenal
sebagai anak yang memiliki kemauan keras,pemberani dan sangat menyayangi
orang-orang yang lemah. Kepada sesame teman ia terkenal ramah,sopan,rendah
hati,jujur,dan suka menolong. Ketika Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul,
umur Ali bin Abi Thalib belum genap 13 tahun. Namun,sebagai anak yang cerdas ia
sudah dapat menemukan kebenaran pada ajaran Rasulullah SAW. Sehingga ketika
Rasulullah SAW mengajak keluarganya untuk memeluk agama Islam, Ali bin Abi
Thalib segera menerima ajaran Islam dan menyatakan diri sebagai pengikut ajaran
Nabi Muhammad SAW. Ali termasuk orang pertama yang memeluk agama Islam
disamping Siti Khadijah, Abu Bakar, Zaid bin Haritsah.
1. Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi Khalifah
Sepeninggal Utsman bin Affan,kaum pemberontak mendatangi Ali bin
Abi Thalib agar ia bersedia untuk dibaiat menjadi khalifah. Permintaan ini
sangat didukung oleh banyak rakyat yang tidak puas atas kepemimpinan Utsman bin
Affan. Tetapi beliau tidak siap dibaiat menjadi khalifah. Alasannya karena para
pemuka kaum muslimin tidak nampak memberi dukungan. Ia berkata:”Masalah
khalifah adalah urusan orang-orang yang ikut bertempur di Badar,saya tidak
dapat menerimanya tanpa dukungan Zubair,Thalhah,dan Sa’ad”. Akhirnya kaum
muslimin mendatangi Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah untuk ikut
membaiat Ali bin Abi Thalib. Karena desakan rayat semakin kuat, akhirnya Ali
bin Abi Thalib menerima jabatan sebagai khalifah dan bersedia dibaiat. Thalhah
dan Zubair yang awalnya tidak mendukung Ali juga ikut membaiat. Kaum muslimin
menaruh harapan tinggi agar Ali dapat menyelesaikan berbagai persoalan dan
dapat memperbaiki keadaan Negara. Ada juga kaum muslimin yang secara
terang-terangan tidak mendukung Ali sebagai khalifah, mereka adalah golongan
Bani Umayyah yang dipelopori oleh wali(gubernur) dan pejabat yang diangkat oleh
Utsman. Ada juga yang beralasan tidak mau membaiat Ali karena mereka akan
mencari pembunuh dan menuntut bela atas kematian Utsman bin Affan. Mereka
menginginkan agar khalifah yang diangkat adalah dari golongannya yang dipimpin
oleh Mu’awiyah bin Abu Sufyan dari Bani umayyah.
2.
Langkah-langkah Perjuangan Khalifah Ali
bin Abi Thalib
Dalam bidang pemerintahan
Keadaan umat
islam pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib sudah sangat berbeda
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa Abu Bakar dan Umar bin
Khattab,umat Islam masih bersatu dan bersaudara, mereka berjuang dengan ikhlas
tanpa mengejar jabatan dan kedudukan. Sedangkan pada masa Utsman bin
Affan,perjuangan mereka sudah terpengaruh dengan masalah keduniaan sehingga
mereka serakah dengan harta dan kedudukan. Oleh karena itu Ali bin Abi Thalib
memikul beban yang sangat berat. Pada awal pemerintahnnya selalu timbul
kerusuhan yang dilakukan oleh kaum muslimin sendiri. Untuk mengatasi segala
permasalahan dalam pemerintahannya, Ali bin Abi Thalib megambil
kebijakan-kebijakan, antara lain :
a.
Mengganti para
gubernur yang diangkat oleh Khlaifah Utsman bin Affan.
b.
Menarik kembali
tanah atau kekayaan milik Negara dari keluarga Utsman bin Affan.
c.
Memindahkan
ibukota pemerintahan Islam dari Madinah ke Kuffah.
Akibat
pemindahan tersebut banyak yang tidak setuju sehingga terjadi perpecahan dan
terdapat 3 golongan :
a.
Golongan Ali
bin Abi Thalib, yaitu pendukung yang setia kepada khlaifah Ali bin Abi Thalib.
b.
Golongan
Mu’awiyah, yaitu orang yang menolak kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
c.
Golongan
Aisyah,golongan ini didukung Thalhah dan Zubair,mereka tidak setuju Ali
diangkat menjadi khalifah.
Adanya
golongan-golongan tersebut menimbulkan perselisihan yang semakin besar antara
kaum muslimin. Akibatnya, terjadilah perang saudara, yaitu Perang Jamal dan
Perang shiffin.
a.
Perang Jamal
(36 H/675 M)
Dinamakan
perang jamal karena Aisyah memimpin perang ini sambil mengendarai unta. Aisyah
tidak menyetujui pengangkatan Ali sebagai khalifah. Dibantu thalhah dan Zubair,
ia berhasil mengumpulkan pasukan. Pada mulanya pihak Ali dapat menghindarkan
pertumpahan darah dengan cara berdamai, namun Abdullah bin Saba’ menyebar fitnah
untuk memancing pertempuran yang akhirnya terjadi perang saudara yang pertama
kali dalam sejarah Islam. Pada perang ini pasukan Aisyah dapat dikalahkan,
lebih dari 10.000 tentara muslim wafat, termasuk Thalhah dan Zubair.
b.
Perang Shiffin
(38 H/ 677 M)
Setelah
selesai perang Jamal, Ali bin Abi Thalib mengirimkan surat kepada Mu’awiyah
mengajak berdamai untuk menghindarkan pertumpahan darah. Tetapi Mu’awiyah
menolaknya,akhirnya perang saudar kedua tidak dapat dihindarkan lagi. Pasukan
Mu’awiyah terdesak dan bermaksud melarikan diri, tetapi Amru bin Ash melakukan
siasat licik dengan menyuruh tentaranya mengangkat mushaf Al-Qur’an. Amru bin
Ash mengajak Ali untuk bertahkim (mengambil hukum) dengan Al-Qur’an itu. Akibat
tahkim tersebut pasukan Ali terpecah menjadi 2 golongan. Orang-orang yang
kecewa dan tidak setuju dengan tahkim, memutuskan keluar dan membentuk golongan
sendiri yang disebut Kaum Khawarij, dan orang-orang yang setia kepadanya
disebut Kaum Syi’ah.
3.
Khalifah Ali bin Abi Thalib Wafat
Dengan adanya perpecahan pada pasukan Ali, maka kedudukan Mu’awiyah
semakin luas. Orang khawarij menganggap yang menjadi perpecahan umat islam itu
ada 3 orang, Mu’awiyah,Amru bin Ash dan Ali bin Abi Thalib. Kaum khawarij
mengutus 3 orang untuk merencanakan pembunuhan terhadap mereka. Tetapi dari
ketiga tersebut yang berhasil dibunuh hanya Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu
Muljam. Dengan wafatnya Ali,kedudukan Mu’awiyah sebagai khalifah semakin kuat.
Mu’awiyah merupakan khalifah pertama dari Daulah Bani Umayyah. Sedangkan Abu bakar,Umar
bin Khattab,Utsman bin Affan,dan Ali bin Abi Thalib adalah khalifah pengganti
Rasulullah SAW yang kita kenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Abu
Bakar adalah khalifah pertama yang menggantikan tugas Nabi setelah wafat.
2. Jasa
Umar bin Khattab :
·
Perluasan Islam ke Persia, Damaskus,
Mesir.
·
Membebaskan Baitul Maqdis di Yerussalem.
·
Membebaskan Iskandariah.
3. Jasa
Usman :
·
Perluasan imperium.
·
Pembangunan angkatan laut.
·
Penyusunan kitab suci Al-Qur’an
·
Perluasan Masjid Nabawi dan Masjidil
Haram
4. Jasa
Ali :
·
Mengganti para
gubernur yang diangkat oleh Khlaifah Utsman bin Affan.
·
Menarik kembali
tanah atau kekayaan milik Negara dari keluarga Utsman bin Affan.
·
Memindahkan
ibukota pemerintahan Islam dari Madinah ke Kuffah.
DAFTAR
PUSTAKA
Maryam,Siti. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta : LESFI.
Nurhakim. Mohammad. 2004. Sejarah dan Peradaban Islam. Malang : Universitas Muhammadiyah
Malang.
Tim Bina Karya Guru. 2009. Bina Sejarah kebudayaan Islam. Jakarta : Erlangga.
Mahmudunnasyir, Syed. 2004. Islam
Konsepsi dan Sejarahnya.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Fu’adi, Imam. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta : Teras.
[1] Siti, Maryam, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta :
LESFI, 2004) Hlm. 45-49
[2] Ibid Hlm.58
[3]
Moh, Nurhakim, Sejarah Dan
Peradaban Islam (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004) Hlm. 46-47
[4] Tim Bina Karya Guru, Bina Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta :
Erlangga,2009), hal 40
[5] Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi Dan Sejarahnya (Bandung :
PT Remaja Rosdakarya,2004), hal. 157
[7]
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi Dan Sejarahnya (Bandung :
PT Remaja Rosdakarya,2004), hal. 159
Tidak ada komentar:
Posting Komentar