VAKSIN DTP
Imunisasi
DTP, Dengan pemberian imunisasi DTP,
diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pentusis, menyingkir jauh dari tubuh
si kecil.Imunisasi
DPT
merupakan salah satu imunisasi yang wajib diberikan pada bayi. Imunisasi ini
biasanya diberikan dalam beberapa tahapan. Untuk totalnya, pemberian imunisasi
ini mencapai enam kali. Biasanya dilakukan mulai dari bayi usia 2 bulan hingga
usianya mencapai 12 tahun. Imunisasi
DPT diberikan untuk mencegah penyakit seperti difteri, tetanus, dan
pertusis. Bayi disarankan untuk diberikan imunisasi ini saat usianya 2 bulan.
Tapi jika bayi Anda usianya sudah melebihi 2 bulan dan belum di imunisasi
DPT lakukan saja sesuai urutan tahapan berdasarkan usianya.Seperti imunisasi kebanyakan, hal yang membuat orangtua risau
adalah ketika imunisasi tersebut menimbulkan efek pada bayinya. Pada imunisasi
DPT efek samping tersebut memang ada. Biasanya efek yang ditimbulkan berupa
demam atau panas. Namun Anda tidak perlu cemas. Ada beberapa tips jika bayi
Anda terkena efek samping tersebut. Peluklah bayi Anda dengan metode skin to
skin. Hal ini akan menenangkan buah hati Anda. Pemberian ASI harus terus
dilakukan, jika perlu diperbanyak.
Cobalah untuk kompres anak dengan
menggunakan air hangat. Mengompres dengan air hangat dinilai lebih efektif
dibanding dengan air dingin. Jika demam bayi atau anak Anda tidak juga turun,
Anda bisa berikan paracetamol. Usahakan pemberian paracetamol menjadi
alternatif pilihan paling akhir.
Berikan imunisasi DPT pada bayi
Anda sesuai dengan urutan tahapannya. Konsultasikan pada dokter atau bidan Anda
agar mendapatkan penjelasan yang rinci mengenai imunisasi tersebut. Mintalah
jadwal imunisasi agar Anda tidak terlambat memberikan imunisasi pada si kecil.
Difteri
adalah penyakit
akibat terjangkit bakteri
yang bersumber dari Corynebacterium
diphtheriae. Difteri ialah
penyakit yang mengerikan di mana masa lalu telah menyebabkan ribuan kematian,
dan masih mewabah di daerah-daerah dunia yang belum berkembang. Orang yang
selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot
tertentu dan kerusakan permanen pada jantung
dan ginjal.
Anak-anak
yang berumur satu sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini. Kuman
difteri disebarkan oleh menghirup cairan dari mulut
atau hidung
orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk yang terkontaminasi, dan dari
susu
yang terkontaminasi penderita.Cara Penularan :
Difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau bersin membawa serta kuman kuman difteri. Melalui pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan penyakit difteri dari seorang penderita kepada orang orang disekitarnya.
Difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau bersin membawa serta kuman kuman difteri. Melalui pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan penyakit difteri dari seorang penderita kepada orang orang disekitarnya.
Gejala :
• Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius,
• Batuk dan pilek yang ringan.
• Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
• Mual, muntah , sakit kepala.
• Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan kotor.
• Kaku leher
• Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius,
• Batuk dan pilek yang ringan.
• Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
• Mual, muntah , sakit kepala.
• Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan kotor.
• Kaku leher
Akibat Difteri :
Setelah melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman difteri membentuk racun atau toksin yang mengakibatkan timbulnya panas dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan terbentuknya selaput putih di tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas, kerusakan jantung dan saraf.
Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan kelenjar limfe, selaput putih mata, vagina. Komplikasi lain adalah kerusakan otot jantung dan ginjal.
Setelah melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman difteri membentuk racun atau toksin yang mengakibatkan timbulnya panas dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan terbentuknya selaput putih di tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas, kerusakan jantung dan saraf.
Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan kelenjar limfe, selaput putih mata, vagina. Komplikasi lain adalah kerusakan otot jantung dan ginjal.
Pengobatan :
Pengobatan difteri tidak bisa dilaksanakan sendiri dirumah , segeralah di rawat dirumah sakit jangan sampai terlambat. Karena difteri sangat menular penderita perlu diisolasi. Istirahat total di tempat tidur mutlak diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah. Fisioterapi sangat diperlukan untuk penderita yang sarafnya mengalami gangguan sehingga mengakibatkan kelumpuhan. Tindakan trakeotomi diperlukan bagi penderita yang tersumbat jalan nafasnya, dengan membuat lubang pada batang tenggorokan.
Pengobatan difteri tidak bisa dilaksanakan sendiri dirumah , segeralah di rawat dirumah sakit jangan sampai terlambat. Karena difteri sangat menular penderita perlu diisolasi. Istirahat total di tempat tidur mutlak diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah. Fisioterapi sangat diperlukan untuk penderita yang sarafnya mengalami gangguan sehingga mengakibatkan kelumpuhan. Tindakan trakeotomi diperlukan bagi penderita yang tersumbat jalan nafasnya, dengan membuat lubang pada batang tenggorokan.
Pencegahan :
Difteri jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Berikanlah imunisasi pada bayi umur dua bulan sebanyak tiga kali dengan selang satu bulan. Jenis imunisasi ini termasuk dalam Lima Imunisasi Dasar Lengkap. Biasanya imunisasi ini berbarengan dengan imunisasi polio, hepatitis B. Sedangkan imunisasi Difteri tergabung dalam Imunisasi D P T atau Difteri, Pertusis dan Tetanus. Untuk bayi umur sembilan bulan dilengkapi dengan imunisasi Campak (Morbili) . Segeralah imunisasi anak anda di Posyandu, Puksemas atau pelayanan kesehatan lainnya.
Difteri jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Berikanlah imunisasi pada bayi umur dua bulan sebanyak tiga kali dengan selang satu bulan. Jenis imunisasi ini termasuk dalam Lima Imunisasi Dasar Lengkap. Biasanya imunisasi ini berbarengan dengan imunisasi polio, hepatitis B. Sedangkan imunisasi Difteri tergabung dalam Imunisasi D P T atau Difteri, Pertusis dan Tetanus. Untuk bayi umur sembilan bulan dilengkapi dengan imunisasi Campak (Morbili) . Segeralah imunisasi anak anda di Posyandu, Puksemas atau pelayanan kesehatan lainnya.
Tetanus
yang juga dikenal dengan lockjaw [1], merupakan penyakit yang disebakan oleh
tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium
tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot
menjadi kaku (rigid).[1] Kitasato merupakan orang pertama yang berhasil
mengisolasi organisme dari korban manusia yang terkena tetanus dan juga
melaporkan bahwa toksinnya dapat dinetralisasi dengan antibodi yang
spesifik.[1] Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein
yang berarti menegang.[2] Penyakit ini adalah penyakit infeksi di saat spasme
otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum,
melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang, dan paralisis
pernapasan.[3]
C. tetani termasuk dalam bakteri Gram
positif, anaerob obligat, dapat membentuk spora, dan berbentuk drumstick.[4]
Spora yang dibentuk oleh C. tetani ini sangat resisten terhadap panas dan
antiseptik.[3] Ia dapat tahan walaupun telah diautoklaf (1210C, 10-15 menit)
dan juga resisten terhadap fenol dan agen kimia lainnya.[3] Bakteri Clostridium
tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan peliharaan dan
di daerah pertanian.[1][5] Umumnya, spora bakteri ini terdistribusi pada tanah
dan saluran penceranaan serta feses dari kuda, domba, anjing, kucing, tikus,
babi, dan ayam.[3] Ketika bakteri tersebut berada di dalam tubuh, ia akan
menghasilkan neurotoksin (sejenis protein yang bertindak sebagai racun yang
menyerang bagian sistem saraf).[1] C. tetani menghasilkan dua buah eksotoksin,
yaitu tetanolysin dan tetanospasmin.[6] Fungsi dari tetanoysin tidak diketahui
dengan pasti, namun juga dapat memengaruhi tetanus.[1] Tetanospasmin merupakan
toksin yang cukup kuat.
Pertusis
atau batuk rejan atau batuk seratus hari adalah suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh Bordetella pertusis. Pertusis merupakan penyakit yang toxin
mediated, toksin yang dihasilkan kuman (melekat pada bulu getar saluran napas
atas) akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga gangguan aliran sekret
saluran pernapasan, dan berpotensi menyebabkan pneumonia.
a. Gejala-Gejala
Biasanya pertusis mulai seperti pilek dengan
ingus, kecapaian dan adakalanya demam ringan. Kemudian timbulnya batuk,
biasanya bertubi-buti, diikuti dengan rejan. Adakalanya orang muntah setelah
batuk. Pertusis parah sekali bagi anak kecil, yang membiru atau berhenti
bernapas sewaktu batuk dan mungkin harus dibawa ke rumah sakit. Anak yang lebih
besar dan orang dewasa mengalami penyakit yang lebih ringan dengan batuk yang
berkelanjutan selama berminggu-minggu, tanpa memperhatikan perawatan.
b. Cara Penularan
Pertusis ditularkan kepada orang lain melalui
tetesan (dari batuk atau bersin). Tanpa perawatan, orang yang menderita
pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah
batuk mulai. Waktu antara eksposur dan penyakit biasanya antara 7 sampai 10
hari, tetapi mungkin berkelanjutan sampai 3 minggu
C. Pencegahan
• Memberikan Imunisasi
• Lakukan Imunisasi pada bayi anda
• Jauhi bayi Anda dari orang yang batuk
• Jalani imunisasi jika Anda orang dewasa yang
mempunyai kontak dekat dengan anak kecil
Sumber : http://novisuryanti79.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar