Senin, 15 Desember 2014

Filsafat Empirisme


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai, dalam era filsafat modern, dan kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20, munculnya berbagai aliran pemikiran seperti  Rasionalisme dan Empirisme. Namun didalam pembahasan kali ini yang akan dibahas aliran Empirisme (Francius Bacon, Thomas Hobbes. John lecke David Hume).
Sebagai reaksi dari pemikiran rasionalisme Descartes muncul para filosof yang berkembang kemudian yang bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa pengetahuan itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum empirisme, di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley, dan David Hume.

1.2 Rumusan Masalah
1)      Apa pengertian empirisme?
2)      Bagaimana sejarah empirisme?
3)      Apa saja jenis empirisme?
4)      Siapa saja tokoh tokoh aliran empirisme?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Pengertian Empirisme
         Empirisme berasal dari bahasa Inggris : empiricism, kata Yunani yaitu empeiria yang berarti “pengalaman indrawi”, dan dari Bahasa Latin : experentia (pengalaman).[1] Empirisme adalah aliran filsafat yang menekankan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan akal.[2]
         Empirisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan memilih bukti empiris. Dalam hal anak panah ,menurut empirisme, yang benar adalah yang bergerak, sebab secara empiris dapat dibuktikan bahwa anak panah itu bergerak. Coba saja,perut anda menghadang anak panah itu,tentu anak panah itu sakan menembus perut anda,dan benda yang menembus sesuatu itu harus bergerak. Memang  sesuatu yang diam tidak mampu menembus. Dengan empirisme inilah, aturan (untuk mengatur manusia dan alam) itu dibuat.[3]  Untuk lebih memahami filsafat empirisme, kita perlu terlebih dahulu melihat dua ciri pendekatan empirisme, yaitu: pendekatan makna dan pendekatan pengetahuan. Pendekatan makna menekankan pada pengalaman; sedangkan, pendekatan pengetahuan menekankan pada kebenaran yang diperoleh melalui pengamatan (observasi), atau yang diberi istilah dengan kebenaran a posteriori.
Ide pokok Empirisme
Ø  Pandangan bahwa sebuah idea tau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
Ø  Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan dan bukan akal atau rasio.
Ø  Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data indrawi.
Ø  Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak langsung dari data indrawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika
Ø  Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.

Kelebihan dan Kekurangan Empirisme
1.        Kelebihan empirime adalah pengalaman indera merupakan sumber pengetahuan yang benar, karena faham empiris mengedepankan fakta-fakta yang terjadi di lapangan.

2.    Sedangkan kelemahan empirisme diantaranya adalah sebagai berikut:

a.       Indra terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil benda itu kecil? Tidak. Keterbatasan kemampuan indera ini dapat melaporkan objek salah.
b.      Indera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara panas dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
c.       Objek yang menipu. Contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia tangkap oleh alat indera; ia membohongi indera. Ini jelas dapat menimbulkan inderawi yang salah.
d.      Indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini indera (di sini mata) tidak mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan kerbau itu juga tidak dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan. Jika melihatnya dari depan, yang kelihatan adalah kepala kerbau, dan kerbau pada saat itu memang tidak mampu sekaligus memperlihatkan ekornya. Kesimpulannya ialah empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.      

2.2  Sejarah Empirisme
        Empirisme ini dikembangkan oleh orang inggris maka dikenal oleh Empirisme inggris , sedang Rasionalisme dikenal dengan Rasionalisme Eropa. Rasionalisme adalah seseorang yang sangat percaya akal sebagai sumber utama pemikiran, mungkin juga percaya bahwa manusia mempunyai suatu gagasan bawaan tertentu dalam pikirannya yang dapat mendahului seluruh pengalaman. Tokohnya yang terkenal adalah Rene Descartes. Sebagai reaksi dari pemikiran rasionalisme Descartes inilah muncul para filosof yang berkembang kemudian yang bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa pengetahuan itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum empirisme, di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley, dan David Hume. Bersebrangan dengan Rasionalis, empiris berpendapat bahwa pikiran kita tidak sama sekali memiliki ingatan apapun yang belum pernah kita alami melalui indra.[4]

2.3  Beberapa Jenis Empirisme
Berikut ini adalah beberapa jenis empirisme :
1.      Empirio-kritisme
Empirio-kritisme disebut juga machisme. Ini sebuah aliran filsafat yang bersifat subyektif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti dari aliran ini ialah ingin membersihkan pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kasualitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori (mengacu pada kesimpulan yang bukan dari pengalaman[5]) . Pengertian apriori ini secara salah dimasukkan ke dalam pengalaman. Sebagai gantinya, aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen elemen netral. Dengan mengajukan ajaran tentang koordinasi dasar,empirio, kritisme berubah menjadi idealisme subjektif. Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide Berkeley dan Hume tetapi secara sembunyi sembunyi, karena dituntut oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.
2.      Empirisme logis
Empirisme logis berpegang pada pandangan pandangan berikut :
a.       Analisis logis modern dapat diterapkan pada pemecahan problem filosofis dan ilmiah.
b.      Ada batas batas bagi empirisme. Prinsip sistem logika formal dan prinsip induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman. Contohnya angka 12 menduduki tempat antara 11 dan 13 serta mempunyai hubungan tertentu dengan bilangan 24,48 dan sebagainya.[6]
c.       Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan pda proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera seketika.
d.      Pertanyaan pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna. Dan paham ini merendahkan filsafat menjadi analisis bahasa dalam makna.
3.      Empirisme radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak secara demikian itu dianggap bukan pengetahuan.

2.4  Tokoh Aliran Empirisme
Berikut ini adalah tokoh yang menganut aliran empirisme :
1.             Francis Bacon (1210 – 1292)
Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan tang diterima orang melalui persentuhan indrawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi. Kata Bacon selanjutnya : “Kita sudah terlalu lama dipengaruhi oleh metoda deduktif. Dari dogma dogma diambil kesimpulan, itu tidak benar, haruslah kita sekarang memperhatikan yang konkret, mengelompokkan, itulah tugas ilmu pengetahuan.”[7]

2.             Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Thomas Hubbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan indera lah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual atau rasio tidak lain hanyalah merupakan penggabungan data data inderawi belaka. Pengikut Thomas Hubbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan dari segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan indralah yang merupakan kebenaran.
3.             John Locke (1632-1704)
John Locke adalah filosof Inggris. Ia lahir di Wrington, Somersetshire , pada tahun 1632, filsafat Locke bisa dikatakan anti metafisika,artinya  ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode induksi. Buku Locke, Essay Concerning Human Understanding (1689) menuliskan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman.Ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea atau konsep tentang sesuatu yang berada dibalik pengalaman. John Locke menolak adanya innate ide, termasuk apa yang diajarkan Descartes, Spinoza dan Leibniz, semuanya ditolaknya. Yang innate (bawaan) itu tidak ada.

4.             David Hume (1711-1776)
Pada tahun 1748 David Hume menulis buku, baik buku Treatis maupun buku Enquiry yang kedua duanya menggunakan metode empirisme, sama seperti John Locke.
David Hume menyatakan bahwa bila anda ingin puas, anda mesti meneliti bagaimana anda sampai pada pengetahuan tentang sebab akibat. Kesimpulan Hume adalah bahwa kita mengetahui sebab akibat bukan dari akal, melainkan melalui pengalaman, karena kita terlalu sering melihatnya , maka kita tahu bahwa bola biliar bergerak dan menabrak bola lain dan masuk kedalam lubang yang dapat diperhitungkan sebelumnya. Seandainya anda belum pernah melihatnya, anda tidak akan memiliki idea apa apa tentang itu. Anda juga tidak mampu membuat prediksi apa apa. Jadi, prediksi tentang sebab akibat yang akan terjadi akan bergantung pada pengalaman yang mendahuluinya. Tidak ada akal atau pikiran apa pun yang memadai untuk membuat prediksi.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ø  Empirisme adalah aliran filsafat yang menekankan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan akal.
Ø  Empirisme muncul sebagai penolakan atas aliran rasionalisme.
Ø  Jenis jenis empirisme yaitu : empirio kritisme, empirisme logis, dan empirisme radikal.
Ø  Beberapa tokoh empirisme adalah : Francis Bacon, Thomas Hobbes, John Locke, dan David Hume.

DAFTAR PUSTAKA
Supriadi, Dedi. 2010. Pengantar Filsafat Islam.  Bandung : CV.Pustaka Setia.
Faruk,Ahmad. 2009. Filsafat Islam Sebuah Penelurusaran Tematis. Ponorogo : STAIN Po Press.
Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Mudhofir, Ali. 2001. Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sholihin,Muhammad. 2007. Perkembangan Pemikiran Filsafat dari klasik Hingga Modern. Bandung  : CV.Pustaka Setia.
Wiramihardja, Sutardjo A. 2006.  Pengantar Filsafat. Bandung : PT. Refika Aditama.






[1] Ahmad Faruk, Filsafat Islam Sebuah Penelurusaran Tematis (Ponorogo : STAIN Po Press,2009),39.
[2] Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu (Jakarta : PT. Rineka Cipta,2010),hal.163.
[3] Dedi Supriadi, Pengantar Filsafat Islam  (Bandung : CV.Pustaka Setia,2010),108.
[4] M. Sholihin, Perkembangan Pemikiran Filsafat dari klasik Hingga Modern (Bandung  : CV.Pustaka Setia, ,2007),158-160.
[5] Ali Mudhofir, Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,2001), hal. 34.

[6] Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat (Bandung : PT. Refika Aditama), 2006, hal 116.
[7] Fuad Ihsan, Filsafat ..., hal 166


Selasa, 21 Oktober 2014

Khulafaur Rasyidin (Khalifah Ideal di Madinah)


BAB I
PENDAHULUAN
                 1. 1 LATAR BELAKANG
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, penerus tongkat estafet beliau untuk menjadi pengganti Nabi dalam menyampaikan dakwah dan mengajarkan agama Islam menjadi perdebatan. Nabi Muhammad mempunyai peran ganda disamping menjadi Nabi dan Rasul, beliau juga menjadi kepala negara saat itu. Setelah beliau wafat, peran beliau sebagai Nabi dan Rasul tidak tergantikan karena beliau adalah Rasul terakhir yang dipilih oleh Allah. Namun, sebagai kepala negara yang didalamnya melekat tugas-tugas keagamaan maupun politik, perlu digantikan oleh seorang pengganti atau khalifah. Berkenaan dengan siapa yang menggantikan posisi beliau, Nabi sendiri tidak menunjuk seseorang atau menentukan kriteria-kriterianya secara tegas. Juga karena pada masa itu, perhatian penuh umat Islam kepada dakwah, maka masalah penggantian ini tidak dipikirkan secara khusus. Hal inilah yang kemudian melahirkan kontroversi di kalangan para sahabat sepeninggal Nabi. Yakni, tentang siapa yang mesti menjadi pengganti Nabi sebagai kepala negara, dan bagaimana proses pengangkatannya.

1.2  RUMUSAN MASALAH

1)      Bagaimana kepemimpinan pada masa Abu Bakar Ash Siddiq ?
2)      Bagaimana kepemimpinan pada masa Umar Bin Khattab ?
3)      Bagaimana kepemimpinan pada masa Usman Bin Affan ?
4)      Bagaimana kepemimpinan pada masa Ali Bin Abi Thalib ?






BAB II
PEMBAHASAN

             2.1  PEMERINTAHAN ABU BAKAR ASH SIDDIQ
Sebelum memeluk agama Islam, beliau bernama Abdul Ka’bah dan setelah memeluk Islam namanya diganti oleh Rasulullah SAW menjadi Abdullah bin Abi Quhafah At-Tamimi. Beliau termasuk suku Quraisy dari Bani Tamim, ayahnya bernama Quhafah bin Amir dan ibunya bernama Ummul Khair Salma binti Sakhir. Beliau lahir dua tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW.
1          Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah
Abu Bakar adalah khalifah pertama yang menggantikan tugas Nabi setelah wafat. Abu Bakar dipilih melalui perundingan di Muktamar Tsaqifah Bani Sa’idah. Kaum Anshar mengajukan calon Sa’ad ibn Ubadah. Sedangkan Kaum Muhajirin mengajukan calon Abu Ubaidah ibn Jarrah. Sementara itu dari Ahlul Bait menginginkan agar Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah atas dasar kedudukannya dalam islam juga karena sebagai menantu Rasulullah. Hampir saja terjadi perpecahan dan adu fisik. Melalui perdebatan dan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan 
Abu Bakar dalam bidang pemerintahan
Sebagai khalifah pertama Abu Bakar dihadapkan pada keadaan masyarakat sepeninggal Muhammad SAW. Ia bermusyawarah dengan para sahabat untuk menentukan tindakan yang akan diambil. Pada masa ini muncul pula nabi nabi palsu seperti Musailamah AL-Kazzab dari Bani Habifah di Yamamah, Sajjah tamimiyah dari Bani Tamim, Thulaihah bin Khuwailid dari Bani As’ad, dan Aswad Al-Ansi dari Yaman. Ia bersumpah dengan tegas akan memerangi semua golongan yang menyimpang dari kebenaran. Untuk memerangi kemurtadan dibentuklah sebelas pasukan yang bertujuan agar terciptanya persatuan umat, penegakan hukum dan keadilan. Abu Bakar mengangkat Ali Bin Abi Thalib sebagai deputi untuk mengurusi masalah kesekretariatan negara.
Abu Bakar melanjutkan sistem pemerintahan yang bersifat sentral seperti zaman Rasulullah yakni kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif terpusat di satu tangan. [1] Pada saat Abu Bakar menjadi khalifah terjadi perang Yamamah yang merenggut korban kurang lebih 70 orang penghafal Qur’an. Banyaknya sahabat yang gugur dalam perang menimbulkan kekhawatiran di kalangan sahabat terutama Umar. Umar menyarankan kepada Abu Bakar agar menghimpun surah-surah dan ayat-ayat yang masih berserakan dalam satu mushaf. Awalnya Abu Bakar keberatan karena hal itu tidak dilakukan oleh Rasulullah. Umar meyakinkan kepada Abu Bakar bahwa hal itu semata-mata untuk melestarikan AlQur’an, akhirnya Abu Bakar menyetujuinya. Zaid ibn Tsabit menerima tugas untuk menghimpun pengumpulan, dengan berpegang teguh pada tulisan di rumah Rasulullah SAW, hafalan-hafalan para sahabat, dan naskah-naskah yang ditulis oleh sahabat untuk dirinya sendiri. Setelah terkumpul, terbentuklah satu naskah AlQur’an lengkap di atas adim (kulit yang disamak). Setelah selesai mushaf tersebut diserahkan kepada Abu Bakar dan disimpannya sampai ia wafat.[2]  
Pada tahun pertama kepemimpinannya, beliau memfokuskan program-programnya untuk mengatasi masalah fanatisme kesukuan masyarakat Arabia yang pada saat itu belum kuat dasar agamanya dan lahirnya kembali lawan-lawan politik Islam yang dahulu di masa Nabi Muhammad SAW belum sepenuhnya mengakui pemerintahan Madinah. Baru kemudian di tahun kedua beliau meneruskan ekspansi wilayah di luar semenanjung Arabia yang pernah dirintis oleh Nabi Muhammad yang belum mencapai tujuannya.
Kontribusi Abu Bakar yang paling menonjol adalah dua hal. Pertama, mengembalikan kebulatan keyakinan terhadap ajaran Islam, mengintegrasikan masyarakat dan politik Islam yang berpusat di Madinah sebagaimana dahulu pernah diletakkan oleh Nabi. Kembalinya kaum muslimin kepada ajaran Islam, dan pengakuan atas pemerintahan Islam yang berpusat di Madinah merupakan dasar yang kokoh bagi pengembangan cita-cita dakwah politik Islam. Kedua, Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid bin Walid memimpin delegasi ke Irak dan dapat menguasai daerah Hirah pada 634 M. Sementara untuk Syria dikirim pasukan di bawah pimpinan Abu Ubaidah, Amr bin ‘Ash, Yazid bin Abi Sufyan, dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat pasukan ini, Khalid bin Walid yang semula dikirim ke Irak, diperintahkan menuju ke Syria melalui gurun pasir yang amat sulit, dan akhirnya semua itu dapat dicapai. Inilah kontribusi Abu Bakar untuk meneruskan cita-cita Nabi dalam pengembangan wilayah dakwah Islam.[3]
3.      Wafatnya Abu Bakar Ash Siddiq
Setelah memerintah selama 2 tahun 3 bulan, Khalifah Abu Bakar Wafat dalam Usia 63 tahun. Beliau wafat pada 21 Jumadilakhir 13 H. Beliau dimakamkan di Masjid Nabawi di samping makam Rasulullah SAW.
2.2  PEMERINTAHAN UMAR BIN KHATAB
Umar lahir sekitar tahun 583 M. Umar Bin Khatab adalah putra Khatab bin Nufail bin Abdul Uzza Al Quraisy dari suku Bani Addy. Ibunya bernama Hantamah binti Hasyim ibnu Abdil Mughirah bin Abdillah.Umar ditunjuk oleh Abu bakar menjadi khalifah pada tahun 13 H bertepatan dengan tahu 634 M.
1.      Langkah Perjuangan Umar Bin Khatab sebagai Khalifah
Setelah dilantik menjadi khalifah, Umar Bin Khattab melanjutkan usaha perluasan wilayah dan juga memperbaiki struktur  pemerintahan Islam dan membentuk lembaga lembaga negara serta memperbaiki keadaan ekonomi.
Abu Bakar adalah khalifah pertama yang menggantikan tugas Nabi setelah wafat Umar bin Khattab meneruskan perjuangan Abu Bakar untu memperluas wilayah sampai Persia. Umar mengirim pasukannya yang dipimpin oleh Abu Ubaidah dan paglima Sa’ad Abi Waqash pada tahun 15H (635M). Pasukan Muslim memperoleh kemenangannya. Sisa sisa pasukan Persia yang selamat melarikan diri ke Ibu kota Persia  yaitu kota Al-Madain. Pasukan Muslim mengerjarnya dan mengepungnya selama 2 tahun. Kisra Yazdazird III melarikan diri ke luar kota. Dan akhirnya pada tahun 18 H Persia jatuh ke kekuasaan kaum Muslimin an Umar mengangkat Panglima Sa’ad bin Abi Waqash sebagai gubernurnya.
Sementara itu Kisra Yazdazird III berhasil menyusun kekuatan 10.000 tentara yang dipimpin oleh ia sendiri. Untuk menghadapi perlawanan ini Umar bin Khattab menunjuk Nu’man bin Muqqarin Al-Muzani untuk memimpin pasukan Islam dan mencari pasukan Yadzazird. Edua pasukan itu bertemu di Nahawand tahun 21 H dan terjadilah pertempuran yang hebat. Pasukan Muslim menang dan terkenal dalam sejarah debagai Fathul Futuh, yaitu kemenangan yang terbesar dari kemenangan.
a.       Dakwah Islam ke Damaskus
Dibawah pimpinan Khalid bin walid pasukan Islam bergerak ke Damaskus. Saat pasukan Islam datang, para prajurit Damaskus dalam keadaan mabk mabukan, sehingga dengan mudah dapat ditundukan oleh tentara Islam.
b.      Membebaskan Baitul Maqdis di Yarusalem
Pada tahun 16 H Yarusalem dikuasai oleh Kaisar Heraclius dari kerajaan Romawi.
Lalu pasukan Romawi di bawah pimpinan Artavon dan psukan Islam di bawah pimpinan Amru bin Ash bertemu dan terjadilah pertempuran. Pasukan Romawi tidak mampu menghadapi pasukan Islam setelah Yarusalem dikepung oleh tentara Islam selama 4 bulan.
Karena penduduk dan Uskup Agung Sophronius selaku pemimpin Nasrani di Yarusalem yang merasa tertekan dibawah kekuasaan Romawi mendukung perdamaian yang diinginkan Islam , akhirnya Artavon menyetujui perdamaian dan penyerahan kota Yarusalem dengan syarat :
1)      Penghentian penyerangan
2)      Pasukan Romawi diizinkan keluar dari Yarusalem dengan damai
3)      Penyerahan Yarusalem akan dilakukan hanya kepada penguasa Islam yaitu khalifah Umar bin Khattab
c.       Perluasan dakwah ke Mesir
Amru bin Ash mengusulkan kepada khalifah Umar bin Khattab agar ada perluasan Islam ke Mesir yang saat itu dijajah Romawi. Ini akan memperkuat kekuasaan Islam di Palestina dan Syirira.
d.      Membebaskan Iskandariah
Keberhasilan pasukan Islam merebut benteng Babilon mempermudah menguasai daerah daerah lainnya di Mesir. Hal ini terjadi dikarenakan pasukan Romawi yang menguasai hampir seluruh Mesir tidak mampu lagi menahan serangan serangan dari pasukan Muslim. Oleh karena itu, Amru bin Ash membawa pasukannya ke kota Iskandariah dan mengepung kota pelabuhan terpenting itu. Pembesar Romawi langsung menyerahkan kota itu pada pasukan Islam dan pihak Muslim membiarkan orang Romawi pergi dengan aman.
2.      Perjuangan Umar memperbaiki Bidang Ekonomi dan Pemerintahan
a.       Kebijakan dalam bidang ekonomi
·         Membentuk Jawatan Pos, yang bertugas menyampaikan berita dari pusat pemerintahan Madinah ke daerah daerah dan sebaliknya.
·         Mendirikan Baitul Mal, yaitu tempat untuk menyimpan kekayaan negara.
·         Mendirikan Diwan Al-Kharaj, yaitu suatu Dewan yang mengurusi pajak tanah dan Diwan Al-Jund yaitu suatu dewan yang mengurusi keuangan.
·         Membentuk lembaga yang bertugas memberi santunan kepada anak anak yatim, orang orang tua dan wanita menyusui serta mereka yang kehabisan bekal di perjalanan.
·         Perbaikan masjid, diantaranya Masjidil Haram di Mekah, Masjid Nabawi di Madinah, serta Masjidil Aqsa di Palestina.
b.      Kebijakan dalam bidang pemerintahan
·         Mengangkat gubernur
·         Pembentukan Dewan Hakim yang berfungsi untuk memutuskan perkara baik di pusat maupun di daerah.
·         Pembentukan lembaga negara, seperti Dewan militer dan Badan Permusyawaratan para sahabat yang berungsi untuk memberikan pertimbangan untuk kemajuan pemerintahan.
·         Membagi wilayah kekuasaan Islam menjadi 8 provinsi, yaitu : Madinah, Mekah, Syria, Bashrah, Jazirah, Kuffah, Palestina dan Mesir.
·         Menetapkan 1 Muharam sebagai tahun baru Hijriyah.[4]
3.      Wafatnya Umar Bin Khattab
Suatu hari budak bangsa Persia yang bernama Feroz (Fairuz atau lebih dikenal Abu Lu’luah) datang pada Umar dengan pengaduan majikannya telah membebankan padanya pajak yang sangat berat. Umar berjanji akan memeriksa masalah itu. Hari berikutnya pada saat Umar shalat , Abu Lu’luah tiba tiba menyerang dari belakang dan menusuk Umar. Tiga hari kemudian Umar meninggal dan dimakamkan pada tanggal 1 Muharam tahun 23 H atau 644 M. Kekhalifahannya berlangsung selama 10 tahun 6 bulan 4 hari.[5]
2.3  PEMERINTAHAN USMAN BIN AFFAN
Usman bin Affan dilahirkan di Mekah pada 576 M, yaitu tahun ke-5 setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Beliau termasuk kabilah Ummah dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Affan bin Abdil Ash bin Umaiyyah bin Abdi Syams. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin Abdi Syams.[6]
Usman ditunjuk menjadi khalifah oleh Dewan Pemilihan Khalifah yang telah dibentuk oleh Umar sebelumnya. Usman resmi menjadi khalifah pada hari Senin tahun 23 H bertepatan 644 M pada saat beliau berusia 70 tahun.
1.        Langkah perjuangan Usman
a.       Perluasan Imperium
Khalifah Usman memerintah imperium Muslim selama kira kira 12 tahun. Selama kekhalifahannya, imperium Arab meluas di Asia dan Afrika. Pada permulaan pemerintahannnya terjadi pemberontakan oleh oarang orang Persia yang dihasut oleh Yazdagird. Khalifah memadamkan pemberontakan itu, kemudian diikuti oleh penyerbuan jenderal jenderal Arab ke Herat, Kabul, Ghazni, dan Asia Tengah. Wilayah wilayah ini diserbu dan ketua suku Afghanistan, Balkh, Turkestan dan Korasan dipaksa untuk mengakui kedaulatan kekhalifahan dan harus membayar upeti kepada khalifah.
b.      Pembangunan Angkatan Laut
Di Syiria sering terjadi serangan serangan angkatan laut Romawi di pesisir provinsinya. Untuk memukul mundur penyerbuan itu , Muawiyah Gunernur Syiria merasakan perlunya angkatan laut. Oleh karena itu dibentuk lah suatu angkatan laut. Usman bin Affan memindahkan pelabuhan Hijaz dan Bandar Su’aibi ke Jeddah (26 H). Setelah ituarus lalu lintas perdagangan pun semakin ramai.
c.       Penyusunan Kitab Suci Al-Quran
Selama kekhalifahan Umar trdapat berbagai versi Kitab suci Al-Qur’an di berbagai wilayah. Usman memutuskan untuk menghilangkan perbedaan dan menghimpun versi yang benardari Kitab Suci Al-Qur’an. Ini terjadi kira kira tahun 26 H. Umar menunjuk dewan yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Dewan ini menghimpun Kitab suci yang autentik. Mereka juga menyalin kitab suci yang sudah disusun. Lalu salinannya dikirim ke berbagai wilayah dan kitab yang ada diwilayah iitu dibakar sehingga keautentikan Al-Qur’an dapat dijaga.[7]
d.      Perluasan Masjid Nabawi dan Masjid Al-Haram
Masjid Nabawi diperluas hingga 160x150 hasta dengan tiang tiang pualam, dinding batu berukir, ertahta perak dan atap melengkung. Sedangkan Masjid al-Haram telah mempunyai bangunan di sekitar Ka’bah dengan Kiswah dari Mesir, sebelumnya hanya dari anyaman kulit.[8]
2.        Khalifah Usman dalam Bidang Pemerintahan
Dalam bidang pemerintahan, khalifah Usman tidak melakukan usaha perbaikan. Memang awalnya makmur dan berhasil. Tapi setelah itu banyak kebijakan yang menyebabkan masalah dalam masyarakat Islam.dibagian terakhir kekuasaannya timbul kerusuhan , terutama di Mesir dan Irak. Orang orang menuduhkan nepotisme dan favoritisme terhadap khalifah. Mereka berkata bahwa beliau hanya menguntungkan sanak saudaranya, Bani Umayyah, dengan jabatan tinggi dan harta kekayaan. Memang khalifah Usman pernah mengganti beberapa gubernur, seperti :
·         Amru bin Ash, gubernur Mesir yang diganti oleh Abdullah bin Sa’ad saudara Usman.
·         Abu Musa Al-Asy’ari, gubernur Bashrah yang diganti oleh Abdullah bin Amir (keluarga Bani Umayyah)
Kelemahan lain dalam pemerintahan Usman yaitu kurangnya pengawasan dalam mengeluarkan uang negara. Banyak pejabat yang hidup bermewah mewahan dan menyalahgunakan harta Baitul Mal. Di buku lain menyebutkan bahwa Usman tidak sepenuhnya bersalah. Orang orang yang diangkatnya menjadi gubernur memang berkompeten.  Kecuali Al-Walid yang kemudian dipecatnya.
Banyak kalangan Muslim yang merasa tidak puas terhadap pemerintahan Umar. Reaksi awal hanya pembicaraan sekelompok orang. Namun kemudian bertambah besar dan menjalar ke berbagai daerah. Kemudian memuncak menjadi fitnah besar yang memotivasi pemberontak dari wilayah Mesir, Kufah, dan Basrah.
3.    Wafatnya Usman bin Affan
Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2 ulimatum oleh pemberontak (Ghafiki dan Sudan), yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah  perihal kematian Utsman yang syahid nantinya, peristiwa pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah Utsman oleh para pemberontak selama 40 hari. Utsman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. Ia dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
2.4  PEMERINTAHAN ALI BIN AB THALIB
Ali adalah putra Abu Thalib bin Abdul Muthalib. Ibunya bernama Fatimah binti As’ad bin Hasyim. Ali bin Abi Thalib lahir di kota Mekkah 10 tahun sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW. Silsilah Ali Bin Abi Thalib dan Rasulullah SAW bertemu pada kakeknya, yaitu Abdul Muthalib. Dengan demikian, Ali bin Abi Thalib dan Rasulullah SAW adalah saudara sepupu. Ali adalah anak paman Rasulullah SAW.
Ali bin Abi Thalib sejak kecil tinggal bersama keluarga Rasulullah SAW, ketika Mekkah dilanda paceklik dan kehidupan sangat sulit, Rasulullah SAW dan Abbas ibn Abdul Muthalib menawarkan bantuan untuk mengasuh salah seorang dari anak pamannya itu. Maka Abu Thalib menyerahkan Ali untuk dirawat oleh Rasulullah SAW dan jafar dipelihara oleh Abbas. Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai anak yang memiliki kemauan keras,pemberani dan sangat menyayangi orang-orang yang lemah. Kepada sesame teman ia terkenal ramah,sopan,rendah hati,jujur,dan suka menolong. Ketika Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, umur Ali bin Abi Thalib belum genap 13 tahun. Namun,sebagai anak yang cerdas ia sudah dapat menemukan kebenaran pada ajaran Rasulullah SAW. Sehingga ketika Rasulullah SAW mengajak keluarganya untuk memeluk agama Islam, Ali bin Abi Thalib segera menerima ajaran Islam dan menyatakan diri sebagai pengikut ajaran Nabi Muhammad SAW. Ali termasuk orang pertama yang memeluk agama Islam disamping Siti Khadijah, Abu Bakar, Zaid bin Haritsah.
1.      Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi Khalifah
Sepeninggal Utsman bin Affan,kaum pemberontak mendatangi Ali bin Abi Thalib agar ia bersedia untuk dibaiat menjadi khalifah. Permintaan ini sangat didukung oleh banyak rakyat yang tidak puas atas kepemimpinan Utsman bin Affan. Tetapi beliau tidak siap dibaiat menjadi khalifah. Alasannya karena para pemuka kaum muslimin tidak nampak memberi dukungan. Ia berkata:”Masalah khalifah adalah urusan orang-orang yang ikut bertempur di Badar,saya tidak dapat menerimanya tanpa dukungan Zubair,Thalhah,dan Sa’ad”. Akhirnya kaum muslimin mendatangi Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah untuk ikut membaiat Ali bin Abi Thalib. Karena desakan rayat semakin kuat, akhirnya Ali bin Abi Thalib menerima jabatan sebagai khalifah dan bersedia dibaiat. Thalhah dan Zubair yang awalnya tidak mendukung Ali juga ikut membaiat. Kaum muslimin menaruh harapan tinggi agar Ali dapat menyelesaikan berbagai persoalan dan dapat memperbaiki keadaan Negara. Ada juga kaum muslimin yang secara terang-terangan tidak mendukung Ali sebagai khalifah, mereka adalah golongan Bani Umayyah yang dipelopori oleh wali(gubernur) dan pejabat yang diangkat oleh Utsman. Ada juga yang beralasan tidak mau membaiat Ali karena mereka akan mencari pembunuh dan menuntut bela atas kematian Utsman bin Affan. Mereka menginginkan agar khalifah yang diangkat adalah dari golongannya yang dipimpin oleh Mu’awiyah bin Abu Sufyan dari Bani umayyah.


2.      Langkah-langkah Perjuangan Khalifah Ali bin Abi Thalib
Dalam bidang pemerintahan
Keadaan umat islam pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib sudah sangat berbeda dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khattab,umat Islam masih bersatu dan bersaudara, mereka berjuang dengan ikhlas tanpa mengejar jabatan dan kedudukan. Sedangkan pada masa Utsman bin Affan,perjuangan mereka sudah terpengaruh dengan masalah keduniaan sehingga mereka serakah dengan harta dan kedudukan. Oleh karena itu Ali bin Abi Thalib memikul beban yang sangat berat. Pada awal pemerintahnnya selalu timbul kerusuhan yang dilakukan oleh kaum muslimin sendiri. Untuk mengatasi segala permasalahan dalam pemerintahannya, Ali bin Abi Thalib megambil kebijakan-kebijakan, antara lain :
a.       Mengganti para gubernur yang diangkat oleh Khlaifah Utsman bin Affan.
b.      Menarik kembali tanah atau kekayaan milik Negara dari keluarga Utsman bin Affan.
c.       Memindahkan ibukota pemerintahan Islam dari Madinah ke Kuffah.
Akibat pemindahan tersebut banyak yang tidak setuju sehingga terjadi perpecahan dan terdapat 3 golongan :
a.       Golongan Ali bin Abi Thalib, yaitu pendukung yang setia kepada khlaifah Ali bin Abi Thalib.
b.      Golongan Mu’awiyah, yaitu orang yang menolak kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
c.       Golongan Aisyah,golongan ini didukung Thalhah dan Zubair,mereka tidak setuju Ali diangkat menjadi khalifah.
Adanya golongan-golongan tersebut menimbulkan perselisihan yang semakin besar antara kaum muslimin. Akibatnya, terjadilah perang saudara, yaitu Perang Jamal dan Perang shiffin.
a.       Perang Jamal (36 H/675 M)
Dinamakan perang jamal karena Aisyah memimpin perang ini sambil mengendarai unta. Aisyah tidak menyetujui pengangkatan Ali sebagai khalifah. Dibantu thalhah dan Zubair, ia berhasil mengumpulkan pasukan. Pada mulanya pihak Ali dapat menghindarkan pertumpahan darah dengan cara berdamai, namun Abdullah bin Saba’ menyebar fitnah untuk memancing pertempuran yang akhirnya terjadi perang saudara yang pertama kali dalam sejarah Islam. Pada perang ini pasukan Aisyah dapat dikalahkan, lebih dari 10.000 tentara muslim wafat, termasuk Thalhah dan Zubair.
b.      Perang Shiffin (38 H/ 677 M)
Setelah selesai perang Jamal, Ali bin Abi Thalib mengirimkan surat kepada Mu’awiyah mengajak berdamai untuk menghindarkan pertumpahan darah. Tetapi Mu’awiyah menolaknya,akhirnya perang saudar kedua tidak dapat dihindarkan lagi. Pasukan Mu’awiyah terdesak dan bermaksud melarikan diri, tetapi Amru bin Ash melakukan siasat licik dengan menyuruh tentaranya mengangkat mushaf Al-Qur’an. Amru bin Ash mengajak Ali untuk bertahkim (mengambil hukum) dengan Al-Qur’an itu. Akibat tahkim tersebut pasukan Ali terpecah menjadi 2 golongan. Orang-orang yang kecewa dan tidak setuju dengan tahkim, memutuskan keluar dan membentuk golongan sendiri yang disebut Kaum Khawarij, dan orang-orang yang setia kepadanya disebut Kaum Syi’ah.
3.      Khalifah Ali bin Abi Thalib Wafat
Dengan adanya perpecahan pada pasukan Ali, maka kedudukan Mu’awiyah semakin luas. Orang khawarij menganggap yang menjadi perpecahan umat islam itu ada 3 orang, Mu’awiyah,Amru bin Ash dan Ali bin Abi Thalib. Kaum khawarij mengutus 3 orang untuk merencanakan pembunuhan terhadap mereka. Tetapi dari ketiga tersebut yang berhasil dibunuh hanya Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam. Dengan wafatnya Ali,kedudukan Mu’awiyah sebagai khalifah semakin kuat. Mu’awiyah merupakan khalifah pertama dari Daulah Bani Umayyah. Sedangkan Abu bakar,Umar bin Khattab,Utsman bin Affan,dan Ali bin Abi Thalib adalah khalifah pengganti Rasulullah SAW yang kita kenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin.
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
1.      Abu Bakar adalah khalifah pertama yang menggantikan tugas Nabi setelah wafat.
2.      Jasa Umar bin Khattab :
·         Perluasan Islam ke Persia, Damaskus, Mesir.
·         Membebaskan Baitul Maqdis di Yerussalem.
·         Membebaskan Iskandariah.
3.      Jasa Usman :
·         Perluasan imperium.
·         Pembangunan angkatan laut.
·         Penyusunan kitab suci Al-Qur’an
·         Perluasan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram
4.      Jasa Ali :
·         Mengganti para gubernur yang diangkat oleh Khlaifah Utsman bin Affan.
·         Menarik kembali tanah atau kekayaan milik Negara dari keluarga Utsman bin Affan.
·         Memindahkan ibukota pemerintahan Islam dari Madinah ke Kuffah.








DAFTAR PUSTAKA
Maryam,Siti. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta : LESFI.
Nurhakim. Mohammad. 2004. Sejarah dan Peradaban Islam. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Tim Bina Karya Guru. 2009. Bina Sejarah kebudayaan Islam. Jakarta : Erlangga.
Mahmudunnasyir, Syed. 2004.  Islam Konsepsi dan Sejarahnya.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Fu’adi, Imam. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta : Teras.



[1] Siti, Maryam, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta : LESFI, 2004) Hlm. 45-49
[2] Ibid Hlm.58
[3]  Moh, Nurhakim, Sejarah Dan Peradaban Islam (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004) Hlm. 46-47
[4] Tim Bina Karya Guru, Bina Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta : Erlangga,2009), hal 40
[5] Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi Dan Sejarahnya (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2004), hal. 157
[6] Tim Bina Karya Guru, Bina Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta : Erlangga,2009), hal 48
[7] Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi Dan Sejarahnya (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2004), hal. 159

[8] Imam Fu’adi, Sejarah Pradaban Islam(Yogyakarta : Teras,2011),hal.54