Jumat, 17 Maret 2017

Metodologi Penelitian Kualitatif - Wawancara dan Dokumentasi


A.    Pengertian Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab secara lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewancarai dan jawaban diberikan oleh pihak yang diwawancara.[1]
Pendapat lain mengatakan wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak.[2]
Orang yang mengajukan pertanyaan dalam proses wawancara disebut pewawancara (interview) dan orang yang diwawancarai disebut (interviewe). Interviewe dibedakan menjadi dua macam, yaitu responden dan informan. Responden adalah sumber data primer, data tentang dirinya sendiri sebagai objek sasaran penelitian, sedangka informan adalah sumber data sekunder, data tentang pihak lain, tentang responden. Oleh sebab itu, informan hendaknya dipilih dari orang banyak yang mengetahui atau mengenal keadaan responden.[3]
B.     Macam – Macam Wawancara
Para ahli mengemukakan beberapa jenis wawancara. Seringkali, jenis wawancara tersebut berbeda antara pendapat ahli yang satu dengan yang lain. Macam-macam wawancara tersebut adalah :
1.      Berdasarkan strukturnya, pada penelitian kualitatif ada dua jenis wawancara, yaitu :
a.       Wawancara relatif tertutup, yaitu  pada wawancara jenis ini pertanyaan difokuskan pada topik-topik khusus atau umum. Panduan wawancara tersebut dibuat cukup rinci. Pewawancara pun bekerja, sebagian besar dipandu oleh item-item yang dibuatnya meskipun tetap terbuka berpikir divergen.
b.      Wawancara terbuka, pada wawancara ini peneliti memberikan kebebasan diri dan mendorong orang yang diwawancarai untuk berbicara secara luas dan mendalam [4] atau memberikan isu-isu penting yang tidak kita tanyakan terkait informasi atau data yang kita butuhkan.[5]
2.      Ditinjau dari cara melakukan pendekatan, wawancara dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.       Wawancara langsung, yaitu wawancara yang dilakukan secara tatap muka. Dalam cara ini pewawancara langsung bertatap muka dengan orang yang diwawancara.
b.      Wawancara tidak langsung, yaitu wawancara melalui siaran jarak jauh, misalnya melalui telepon, radio, dan sebagainya.[6]
3.      Ditinjau dari segi sistem yang dilaksanakan, wawancara dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a.       Wawancara berstandar, yaitu wawancara yang direncanakan berdasarkan pedoman atau daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan lebih dahulu. Pewawancara tidak dibenarkan mengubah makna yang terkandung di dalam isi setiap pertanyaan, tetapi boleh menerjemahkannya ke dalam bahasa yang dapat dimengerti responden.
b.      Wawancara tidak berstandar, yaitu wawancara yang tidak direncanakan berdasarkan pedoman atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan dahulu.  Wawancara ini dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :[7]
1)      Wawancara berstruktur, wawancara ini tidak berstandar yang mengajukan pola dan aturan tertentu dalam mengajukan pertanyaan, seperti wawancara yang dilakukan oleh seorang interviewer di tv kepada pakar bidang tertentu.
2)      Wawancara tidak berstruktur ialah wawancara tidak berstandar yang tidak menggunakan pola aturan tertentu dalam mengajukan pertanyaan. Dalam pelaksanaannya wawancara ini juga dibagi menjadi dua, yaitu:
a)      Wawancara fokus, yaitu wawancara tidak berstruktur yang pola pertanyaanya terpusat pada pokok masalah tertentu seperti wawancara yang dilakukan oleh psikolog kepada klien.
b)      Wawancara bebas, yaitu wawancara yang tidak berstruktur dan tidak terpusat pada masalah pokok tertentu, tetapi beralih-alih dari satu masalah pokok ke masalah lain, seperti wawancara yang dilakukan oleh seorang wartawan kepada publik dalam rangka mencari berita.
Wawancara tak berstruktur sering disebut juga wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara etnografis. Wawancara tak berstruktur mirip dengan percakapan internal. Metode ini bertujuan untuk memperoleh informasi dari sesuai responden, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan responden yang sedang diwawancarai.  Wawancara tak berstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaannya dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, misalnya karakteristik sosial-budaya. Pada wawancara jenis ini, peneliti dan responden menjalin hubungan yang dekat dan akrab, sehingga peneliti dapat memahami pemikiran responden. Agar mendapatkan tujuannya peneliti harus mendorong responden agar bisa mengemukakan gagasan dan perasaannya dengan bebas dan nyaman.  Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang akrab dan informal. Meskipun status responden lebih rendah daripada status pewawancara sebaiknya meminimalisir perbedaan status tersebut.  Pendek kata, situasi wawancara lebih mirip situasi yang spontanitas, tapi bukan berarti responden dibiarkan bicara semaunya.
c.       Wawancara sambil lalu ialah wawancara yang objek sasaran tidak diseleksi terlebih dahulu melalui metode sampling tertentu, tetapi dipilih secara aksidental.[8]
4.      Wawancara oleh tim atau panel. Wawancara ini dilakukan tidak hanya oleh satu orang, begitu juga yang diwawancarai bisa beberapa orang dengan satu pewawancara.
5.      Wawancara tertutup dan wawancara terbuka. Wawancara tertutup dilakukan dalam kondisi subjek tidak mengetahui kalau diwawancarai, sedangkan wawancara terbuka dilakukan dengan subjek menyadari dan tahu tujuan dari wawancara.
6.      Wawancara riwayat secara lisan, yaitu wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat sejarah atau yang telah membuat karya lainnya. Maksud wawancara ini adalah untuk mengungkapkan riwayat hidup, pekerjaannya, kesenangannya, pergaulannya dan sebagainya.
C.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wawancara
1.      Pewawancara
a.       Karakteristik sosial
b.      Ketrampilan melaksanakan wawancara
c.       Motivasi
d.      Rasa aman
2.      Responden
a.       Karakteristik sosial
b.      Kemampuan menangkap pertanyaan
c.       Kemauan menjawab pertanyaaan
3.      Isi wawancara
a.       Peka untuk ditanyakan
b.      Tingkat kesulitan pertanyaan
c.       Tingkat minat
d.      Sumber kekhawatiran
4.      Situasi wawancara
a.       Waktu
b.      Tempat
c.       Kehadiran orang lain
d.      Sikap masyarakat[9]
D.    Bentuk-bentuk Pertanyaan dalam Wawancara
1.      Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku.
Pertanyaan ini berkaitan dengan apa yang dibuat dan telah dilakukan seseorang. Pertanyaan demikian ditujukan untuk mendeskripsikan pengalaman, perilaku, tindakan, dan kegiatan yang dapat diamati pada waktu kehadiran pewawancara. Contoh : “jika saya ikut progam tersebut bersama anda apa yang dapat saya saksikan?”
2.      Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai.
Pertanyaan jenis ini ditujukan untuk memahami proses kognitif dan interpretatif dari subjek. Jawaban terhadap pertanyaan ini memberikan gambaran mengenai apa yang dipikirkan terhadap suatu hal. Contoh : “apa yang anda pikirkan mengenai .....?”
3.      Pertanyaan yang berkaitan denan perasaan.
Pertanyaan ini ditujukan untuk dapat memahami respons emosional seseorang sehubungan dengan pengalaman dan pemikirannya. Contohnya: “ apa anda merasa senang dengan adanya progam ini?”[10]
4.      Pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan
Pertanyaan ini diajukan untuk memperoleh pengetahuan faktual yang dimiliki responden. Hal yang ditanyakan bukan pendapat, melaikan fakta pada suatu kasus. Contoh : “bagaiman cara mendaftar sebagai tenaga kerja dalam progam tersebut?”
5.      Pertanyaan yang berkaitan dengan indera
Pertanyaan ini berkenaan apa yang dapat diamati dengan panca indera. Contoh : “ Apa yang anda lihat ?”
6.      Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi.
Pertanyaan ini berkaitan dengan ciri-ciri pribadi, contohnya tempat tinggal,usia, pendidikan, dan lain-lain.[11]
E.     Tips dalam Melakukan Wawancara
1.      Tampilkanlah pandangan mata dan gerak mimik wajah secara terfokus.
2.      Tunjukkan bahwa peneliti berkonsentrasi.
3.      Hindari pertanyaan yang peka diawal wawancara.
4.      Hindari pertanyaan yang mengarahkan jawaban informan.
5.      Dengarkan, pahami dan catat dengan cepat apa yang dibicarakan subjek.
6.      Jika dalam wawancara ada yang belum dimengerti jangan malu bertanya untuk meminta penjelasan kembali.
7.      Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang memancing penjelasan.
8.      Jangan menganggap responden yang salah pengertian, tetapi peneliti yang salah memahami.
9.      Kembali dan berpikir kembali.
10.  Pergunakan teknik-teknik baru dalam percakapan.[12]
F.     Kelebihan dan Kelemahan Wawancara
Wawancara memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
1.      Dapat memperoleh tingkat responsi tertinggi, yaitu antara 80-85%.
2.      Dapat melindungi responden dari pertanyaan yang complicated.
3.      Dapat melakukan observasi sekaligus terhadap pertanyaan yang rumit
4.      Ada fleksibelitas karena bisa mengulang pertanyaan, dan bisa membuktikan jawaban yang tidak meyakinkan.
5.      Bisa menggali informasi non verbal
6.      Bisa spontanitas
7.      Bisa memilih waktu yang sesuai dengan kejadian yang diinterview
8.      Tata urutan pertanyaan bisa diurutkan sedemikian rupa.
9.      Bisa mencakup semua pertanyaan.
Selain mempunyai berbagai kelebihan wawancara juga memiliki  beberapa kelemahan, yaitu :
1.      Ongkos mahal
2.      Menghabiskan waktu yang lama
3.      Banyaknya faktor subjektivitas yang masuk
4.      Tidak ada kesempatan untuk berkonsultasi dengan beberapa catatan terhadap hal-hal yang membutuhkan ingatan.[13]
G.    Pengertian Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap,sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode ini hanya mengambil data yang sudah ada seperti indeks prestasi, jumlah anak, pendapatan, luas tanah, jumlah penduduk, dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah ada dalam catatan dokumen. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam.
Manyusun format dokumentasi atau “form dokumentasi/form pencatatan dokumen”, dibandingkan dengan alat atau instrumen pengumpulan data yang lainnya, dapat dikatakan lebih mudah. Sebab, dalam membuat form dokumentasi, peneliti tinggal membuat “blanko” yang sesuai guna tempat memasukkan atau memindahkan data relevan dari suatu sumber/dokumen. Data relevan tersebut, lazimnya telah demikian konkret dan spesifik yang patut dipikirkan hanyalah dibuat atau disusun, sehingga susunannya sesederhana mungkin, pengisiannya gampang, dan tersedia “ruang” yang cukup untuk memasukkan data yang diperlukan.
Penyusunan form pencatatan dokumen perlu dilakukan, supaya data dari sesuatu sumber/dokumen bisa dikumpulkan secara terseleksi sesuai dengan keperluan peneliti bersangkutan. Data sekunder yang tercantum dalam monografi desa misalnya , untuk keperluan suatu penelitian, barangkali hanya data tertentu saja yang dibutuhkan. Dengan adanya form dokumentasi yang telah disiapkan, peneliti tinggal mencatat data tertentu yang diperlukan pada form yang telah disusun dan disiapkan oleh peneliti. Dengan demikian, pencatatan dokumentasi bisa lebih sistematis dan terfokus(selektif).
Guba dan lincoln(1981:228) mendefinisikan dokumen dan record adalah sebagai berikut : record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting, dan dokumen ialah setiap bahan tertulis atau pun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.
Dokumen dan record digunakan untuk penelitian, menurut guba dan lincoln (1981:232-235), karena alasan-alasan yang terdapat dipertanggungjawabkan seperti berikut:
1.      Dokumentasi dan record digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya , dan mendorong.
2.      Berguna sebagai “bukti” untuk pengujian.
3.      Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang ilmiah , sesuai dengan konteks , lahir dan berada dalam konteks.
4.      Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan.
5.      Keduanya tidak relatif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.
6.      Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperhalus tubuh pengetahuan terhadap suatu yang diselidiki.[14]
Apabila dilihat dari sumbernya, data dokumentasi bisa dibedakan menjadi beberapa jenis :
1.    Catatan resmi (official of formal record), misalnya : jumlah pemilikan tanah dari Badan Pertanahan Nasional, nilai siswa dari suatu sekolah, dan sebagainya.
2.    Dokumen - dokumen ekpresif (expresive documents), misalnya biografi, autobiografi, surat-surat pribadi dan buku harian.
3.    Laporan media massa (massa media report).
Adapun kelebihan menggunakan metode dokumentasi sebagai alat pengumpulan data, sebagai berikut
1.      Lebih hemat tenaga, waktu dan biaya, karena biasanya sudah tersusun dengan baik.
2.      Peneliti mengambil data dari peristiwa yang lalu.
3.      Tidak ada kesaingan masalah lupa (kecuali dokumen hilang)
4.      Lebih mudah mengadakan pengecekan.
Namun, metode dokumentasi juga memiliki kelemahan-kelemahan yaitu, bila ada kekurangan data sukar untuk melengkapi karena suatu peristiwa tidak akan terulang lagi dalam keadaan dan peristiwa yang sama.
H.    Dokumen Pribadi
Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan , pengalaman , dan kepercayaan. Maksud mengumpulkan dokumen pribadi adalah untuk memperoleh kajian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian.
Di antara berbagai macam dokumentasi pribadi yang dibahas di sini hanyalah tiga buah yang bukan diharuskan untuk disusun peneliti, melainkan memang sudah ada. Ketiganya adalah buku harian, surat pribadi, dan autobiografi.
1.    Buku Harian
Buku harian yang bermanfaat ialah buku harian yang ditulis dengan memberikan tanggapan tentang peristiwa-peristiwa disekitar penulis. Kesukaran peneliti untuk mencari buku harian ialah karena penulis dan pemiliknya cenderung tidak mau memperlihatkannya kepada orang lain karena buku harian itu dipandang berisi hal-hal yang sangat pribadi dan ia merasa malu bila rahasianya terbuka kepada orang lain. Namun dalam percakapan formal ataupun tidak formal dapat terselip kata-kata yang berasal dari subjek bahwa subjek memiliki buku harian seperti yang dimaksud . jika demikian peneliti berusaha dengan segala alasan agar dapat meminjam dan menyalin . selain itu , kadangkala ada orang tua yang menyusun buku harian tentang perkembangan anak-anaknya. Buku harian demikian dapat pula dijajaki untuk dipelajari jika dapat diperoleh.


2.    Surat Pribadi
Surat pribadi antara seseorang dengan anggota keluarganyadapat dimanfaatkan pula oleh peneliti. Hal itu bisa bermanfaat untuk mengungkapkan hubungan sosial seseorang. Jika surat berisi masalah atau pengalaman yang berkesan dari penulisnya, maka surat pribadi itu akan bermanfaat bagi upaya menggambarkan latar belakang pengalaman seseorang masih banyak kemungkinan surat pribadi yang dapat dimanfaatkan sebagai data tambahan pada data hasil wawancara dan pengamatan.
3.    Autobiografi
Autobiografi banyak ditulis oleh orang-orang tertentu seperti guru atau pendidik terkenal, pemimpin masyarakat, ahli, bahkan orang biasa pun ada yang menulis. Ada macam-macam maksud dan tujuan menulis autobigrafi, antara lain senang menulis, mencari popularitas, dan kesenangan atas sastra. Autobiografi dapat dimanfaatkan walaupun tidak sebaik surat pribadi atau buku harian karena autobiografi yang dipublikasikan hanyalah dari segelincir orang saja.
I.       Dokumen Resmi
Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, interaksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Termasuk didalamnya risalah atau laporan rapat,keputusan pemimpin kantor, dan semacamnya. Dokumen demikian dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial. Misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa. Dokumen eksternal dapat dimanfaaatkan untuk menelaah konteks sosial, kepemimpinan, dan lain-lain.[15]


[1] Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi ( Jakarta : Rineka Cipta, 2005), 105.
[2] Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), 108.
[3] Abdurrahmat, Metodologi Penelitian, 105.
[4] Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif ( Bandung : Pustaka Setia, 2002) , 132.
[5] Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), 182.
[6] Abdurrahmat, Metodologi Penelitian, 108.
[7] Ibid., 109.
[8]  Abdurrahmat, Metodologi Penelitian........., 109.
[9] Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 195.
[10] Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), 192.
[11] J. Moelong, Metodologi Penelitian ...................., 194.

[12]  Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif ..........., 133.
[13] Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif ( Jakarta : Rineka Cipta, 2008), 147.
[14] Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian ........ 160.
[15] Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian..... 161.