Sabtu, 05 September 2015

Perkembangan Ulumul Qur'an


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al-Qur’an adalah Kalamullah, firman Allah yang diturunkan melalui Rasulullah SAW., yang dengan membacanya saja sudah merupakan bentuk ibadah. Menurut jumhur ulama, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang lafazh lafazhnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari awal Surat Al-Fatihah sampai akhir surat An-Nas.
Adapun menurut Manna’ Al-Qaththan dalam Mahábits fi ‘Ulúm Al-Qur’an, pengertian dari ‘Ulum Al-Qur’an adalah ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an dari sisi informasi tentang asbab an-nuzul (sebab sebab turunnya Al-Qur’an), kodifikasi dan tertib penulisan Al-Qur’an, ayat-ayat yang diturunkan di Mekah (makkiyyah) dan ayat ayat yang diturunkan di Madinah (madaniyyah), dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Al-Qur’an.‘Ulum Al-Qur’an menjelma sebagai suatu disiplin ilmu melalui proses pertumbuhan dan perkembangan yang panjang.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari ‘Ulum Al-Qur’an?
2.      Kapan munculnya istilah ‘Ulum Al-Qur’an?
3.      Bagaimana perkembangan ‘Ulum Al-Qur’an sebelum kodifikasi?
4.      Bagaimana perkembangan ‘Ulum Al-Qur’an sesudah kodifikasi?
C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian dari ‘Ulum Al-Qur’an.
2.    Untuk mengetahui kapan munculnya istilah ‘Ulum Al-Qur’an.
3.    Untuk mengetahui perkembangan ‘Ulum Al-Qur’an sebelum kodifikasi.
4.    Untuk mengetahui perkembangan ‘Ulum Al-Qur’an sesudah kodifikasi.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ilmu Al-Qur’an
Ilmu Al-Qur’an disebut juga ‘Ulumul Qur’an atau ‘Ulum Al-Qur’an. ‘Ulum Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu ”ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata “ulum” merupakan jamak dari ilmu. Sedangkan Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang lafazh lafazhnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari awal Surat Al-Fatihah sampai akhir surat An-Nas.
 Adapun menurut Manna’ Al-Qaththan dalam Mahábits fi ‘Ulúm Al-Qur’an, pengertian dari ‘Ulum Al-Qur’an adalah Ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an dari sisi informasi tentang asbab an-nuzul (sebab sebab turunnya Al-Qur’an), kodifikasi dan tertib penulisan Al-Qur’an, ayat-ayat yang diturunkan di Mekah (makkiyyah) dan ayat ayat yang diturunkan di Madinah (madaniyyah), dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Al-Qur’an.
B.     Kemunculan istilah ilmu Al-Qur’an (‘Ulum Al-Qur’an)
Sebagaimana ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, ilmu al Qur’an tidak lahir sekaligus, melainkan melalui proses pertumbuhan dan perkembangan. Istilah ilmu Al-Qur’an belum dikenal pada masa awal pertumbuhan Islam.
1.      Mu’arrikhin (ahli sejarah) menyatakan bahwa istilah ‘Ulúm Al-Qur’án muncul pertama kali pada abad ke-7 H. Sayangnya tidak diiringi alasan.
2.      Imam Al-Zarqoni berpendapat bahwa istilah ‘Ulúm Al-Qur’án muncul bersamaan dengan kitab Al-Burhan fi ulum al Qur’an karya al-Hufi pada abad ke-5 H.[1]
3.      Abu Syahbah berpendapat bahwa istilah ‘Ulúm Al-Qur’án muncul dengan ditulisnya kitab Al-Mabani fi Nazhm Al-Ma’ani yang ditulis pada tahun 425H (Abad ke-5 H).[2]
4.      Menurut Subhi Sholih, orang yang pertama kali menggunakan istilah ‘Ulúm Al-Qur’án adalah Ibnu Al-Murzaban. Pendapat ini didasari penemuannya terhadap beberapa kitab yag membicarakan kajian-kajian Al-Qur’an dengan menggunakan istilah ‘Ulúm Al-Qur’án, tepatnya pada abad ke-3 H. Hasbi Ash-Shiddiqi sependapat dengan Subkhi Sholih.[3]

C.    Perkembangan Ilmu Al-Qur’an
1.      Masa sebelum kodifikasi
a.       Masa Nabi Muhammad SAW.
Pada fase sebelum kodifikasi, ‘Ulúm Al-Qur’án kurang lebih sudah merupakan benih yang kemunculannya sudah dirasakan sejak Nabi masih ada. Hal ini ditandai adanya penghafalan, penyalinan, dan penafsiran yang semuanya termasuk ilmu ilmu Al-Qur’an yang sangat penting, juga dengan keinginan para sahabat untuk mempelajari Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh. Terlebih lagi diantara mereka mempunyai kebiasaan untuk tidak berpindah ke ayat lain sebelum benar benar dapat memahami serta mengamalkan ayat yang sedang dipelajarinya.[4]
b.      Masa Sahabat
Pada masa Rasulullah Saw, sampai masa kekhalifahan Abu Bakar (12-13 H) dan Umar (13 H – 23 H), ilmu Al-Qur’an masih diriwayatkan secara lisan. Ada beberapa faktor yang melatar belakangi para sahabat tidak melakukan kodifikasi pada saat itu, yaitu : pertama, karena kurang mengenal adanya bacaan an tulisan; kedua, keterbatasan alat tulis diantar mereka; ketiga, apabila ada masalah dalam memahami Al-Qur’an, mereka langsung menanyakannya kepada Rasul; dan keempat, Rasulullah melarang sahabat untuk menulis selain Al-Qur’an.
 Ketika zaman kekhalifahan Usman di mana orang Arab mulai berguru dengan orang orang non Arab, pada saat itu Utsman memerintahkan supaya kaum muslimin berpegang pada mushaf induk, dan membakar mushaf lainnya. Utsman juga mengirimkan mushaf kepada beberapa daerah sebagai pegangan.[5] Usaha yang dilakukan Utsman dalam mereproduksi naskah al-Qur’an, berarti beliau telah meletakkan dasar ilmu rasm al Qur’an.
Masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (35 H- 40 H) telah diperintahkan pada Abu Al Aswad al Duali untuk meletakkan kaedah kaedah bahasa Arab . Usaha yang dilakukan Ali tersebut dipandang sebagai peletakkan dasar ilmu i’rab Al-Qur’an.
c.       Masa tabi’in
Pada masa ini muncul lembaga lembaga kajian yang lazim disebut dengan Madrasah al-Tafsir dan banyak sekali jumlahnya. Akan tetapi hanya tiga yang dikenal yaitu: Madrasah Ibn Abbas di Makkah, Madrasah Ubay Bin Ka’ab di Madinah an Madrasah ‘Abdullah bin Mas’ud di Kufah. Proses penyampaian ilmu pada masa ini masih seperti Al-Qur’an, melalui periwayatan, belum dikodifikasikan.[6]
Adapun tokoh tokoh yang berjasa dalam menyebarkan ‘Ulúm Al-Qur’án melalui periwayatan adalah:
a.       Khulafa’ Ar-Rasyidin, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubai bin Ka’ab, Abu Musa al Asyi’ari dan Abdullah bin Zubair. Mereka dari golongan sahabat.
b.      Mujahid, ‘Ata’, Ikrimah, Qatadah, Hasan Basri, Sa’id bin Jubair, dan Zaid bin Aslam. Mereka dari golongan Tabi’in.
c.       Malik bin Annas dari golongan tabi’i tabi’in.

2.      Fase Kodifikasi
Pada fase kodifikasi, ‘Ulúm Al-Qur’án  juga ilmu ilmu lainnya belum dikodifikasi menjadi bentuk kitab atau mushaf. Satu satunya yang sudah dikodifikasikan adalah Al-Qur’an. Sampai Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Ad-Da’uli untuk menulis ilmu nahwu. Perintah Ali inilah yang membuka pintu gerbang pengodifikasian ilmu lmu agama dan bahasa Arab. Pengodifikasian itu semakin marak dan luas ketika Islam berada pada tangan pemerintahan Bani Umayyah dan Bani ‘Abbasiyah pada periode awal pemerintahannya.
a.       Perkembangan ‘Ulúm Al-Qur’án  Abad ke-2 H
Tentang masa penyusunan ilmu-ilmu agama yang dimulai sejak permulaan abad 2 H, para ulama memberikan prioritas atas penyusunan tafsir sebab tafsir merupakan induk ‘Ulúm Al-Qur’án .
Di antara ulama abad 2 H yang menyusun tafsir ialah:
1)      Syu’bah Al Hajjaj
2)      Sufyan bin Uyainah
3)      Sufyan Ats-Tsauri
4)      Waqi’ bin Al Jarrh
5)      Muqatil bin Sulaiman
6)      Ibnu Jarir Ath-Thabari , tafsir yang ditulisnya, yakni Jami’ Al Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, dipandang sebagai kitab tafsir yang terbaik karena penulisnya adalah orang yang pertama kali menyajikan tafsir dengan mengemukakan berbagai pendapat yang disertai proses tarjih. Kitab ini dipandang sebagai kitab yang pertama kali mencampur adukkan antara tafsir bi al matsur dengan tafsir bi ar rayi.
b.      Perkembangan ‘Ulúm Al-Qur’án  Abad ke-3 H
Pada abad ke-3 H selain ilmu tafsir, para ulama mulai menyusun pula beberapa ilmu Al-Qur’an, di antaranya:
1)      ‘Ali bin al-Madini, guru dari Imam Al-Bukhari. Beliau menyusun Ilmu Asbab An-Nuzul
2)      Abu Ubaid Al-Qasimi bin Salam yang menyusun Ilmu Nasikh wa Al-mansukh, Ilmu Qira’at, dan Fadha’il Al-Qur’an
3)      Muhammad bin Ayyub Adh-Dhurraits yang menyusun Ilmu Makki wa Al-Madani
4)      Muhammad bin Khalaf Al-Marzuban yang menyusun kitab Al-Hawi fi ‘Ulúm Al-Qur’án
c.       Perkembangan ‘Ulúm Al-Qur’án  Abad ke-4 H
Pada abad ke-4 H mulai disusun ilmu gharib Al-Qur’an dan beberapa kitab ‘Ulúm Al-Qur’án  dengan memakai istilah ‘Ulúm Al-Qur’án . Diantara ulama yang menyusun kitab kitab itu adalah :
1)      Abu Bakar As-Sijistani yang menyusun kitab Gharib Al-Qur’an.
2)      Abu Bakar Muhammad bin Al Qasim Al-Anbari yang menyusun kitab ‘Aja’ib ‘Ulum AlQur’an .
3)      Abu Al-Hasan Al-Asy’ari yang menyusun kitab Al-Mukhtazab fi ‘Ulúm Al-Qur’án .
4)      Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad bin Ali Al- Kurkhi yang menyusun kitab Nukat Al-Qur’an Ad-Dallah ‘ala Al-Bayan fi Anwa Al-‘Ulum wa Al-Ahkam Al-Munbi’ah ‘an Ikhtilaf Al-Anam.
5)      Muhammad bin ‘Ali Al-Adwafi yang menyusun kitab Al-Istighna’ fi ‘Ulúm Al-Qur’án .
d.      Perkembangan ‘Ulúm Al-Qur’án abad ke-5 H
Pada abad ke-5 H mulai disusun ilmu I’rab Al-Qur’an dalam satu kitab. Disamping itu, penulisan kitab kitab ‘Ulúm Al-Qur’án  masih terus dilakukan oleh ulama masa ini. Diantara ulama ulama yang berjasa dalam pengembangan ‘Ulúm Al-Qur’án  pada masa ini adalah:
1)      ‘Ali Ibrahim bin Sa’id al-Hufi, selain mempelopori penyusunan I’rab Al-Qur’an, ia pun menyusun kitab Al Burhan fi ‘Ulúm Al-Qur’án .
2)      Abu ‘Amr Ad-Dani yang menyusun kitab  At-Taisir fi Qira’at As-Sab’i dan kitab Al-Muhkam fi An-Naqth.
e.       Perkembangan ‘Ulúm Al-Qur’án  abad ke-6 H
Pada abad ke 5 H, di samping terdapat ulama yang meneruskan pengembangan ‘Ulúm Al-Qur’án , juga terdapat ulama yang mulai menyusun ilmu Mubhamat Al-Qur’an, diantaranya adalah:
1)      Abu Al-Qasim bin Abdurrahman As-Suhaili yang menyusun kitab Mubhamat Al-Qur’an. Kitab ini menjelaskan maksud kata kata yang tidak jelas, apa atau siapa yang dimaksudkan.
2)      Ibn al-Jauzi yang menyusun kitab Funun Al-Afnan fi ‘Ajá’ib Al-Qur’an dan kitab Al-Mujtaba’ fi ‘Ulúm Tata’allaq bi Al-Qur’an.
f.       Perkembangan ‘Ulúm Al-Qur’án  abad ke-7 H
Pada abad ke 7 H ilmu ilmu Al-Qur’an terus berkembang dengan mulai tersusunnya Ilmu Majaz Al-Qur’an dan Ilmu Qira’at. Ulama abad ini yang besar perhatiannya terhadap ilmu ulmu tersebut adalah:
1)      Alamuddin As-Sakhawi. Kitabnya mengenai Ilmu Qira’at dinamai Hidayat Al-Murtab fi Mutásyabih. Kitab ini dikenal pula dengan nama  Manzhumah al-Sakhawiyyah. Kitab lain berjudul Jamal Al-Qurra’.
2)      Ibnu ‘Abd As-Salam yang terkena dengan nama Al-‘Izz yang mempelopori penulisan Ilmu Majaz Al-Qur’an dalam satu kitab.
3)      Abu Syamah yang menyusun kitab Al-Mursyid Al-Wajiz fi ‘Ulúm Al-Qur’án Tata’allaq bi Al-Qur’an Al-‘Aziz.
g.      Perkembangan ‘Ulúm Al-Qur’án abad ke-8 H
Pada abad ini muncul beberapa ulama yang menyusun ilmu baru tentang Al-Qur’an. Diantara mereka adalah:
1)      Ibnu Abi Al-Isba’ yang menyusun Ilmu Badai’i Al-Qur’an, suatu ilmu yang membahas badi’ (keindahan bahasa dan kandungan Al-Qur’an)
2)      Ibnu Al Qayyim yang menyusun Ilmu Aqsam Al-Qur’an, yaitu ilmu yang membahas sumpah sumpah yang terdapat dalam Al-Qur’an.
3)      Najmuddin Ath-Thufi yang menyusun Ilmu Hujaj Al-Qur’an atau ilmu Jadal Al-Qur’an , suatu ilmu yang membahas bukti bukti atau argumentasi yang dipakai Al-Qur’an untuk menetapkan sesuatu.
4)      Abu Al-Hasan Al-Mawardi, yang menyusun Ilmu Amtsal Al-Qur’an, suatu ilmu yang membahas perumpamaan perumpamaan yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
5)      Badruddin Az-Zarkasyi yang menyusun kitab Al-Burhán fi ‘Ulúm Al-Qur’án.
6)      Taqiyuddin Ahmad bin Taimiyah al-Harrani menyusun kitab  Ushul Al-Tafsir.
h.      Perkembangan ‘Ulúm Al-Qur’án abad 9 dan 10 H
Pada abad ke 9 dan permulaan abad 10 H makin banyak karangan yang ditulis ulama tentang ‘Ulúm Al-Qur’án. Pada masa ini perkembangan ‘Ulúm Al-Qur’án mencapai kesempurnaanya. Para ulama pada abad ini adalah:
1)      Jalaluddin Al-Bulqini yang menyusun kitab Mawaqi’ Al-‘Ulúm min Mawaqi’ al Nujum. Dalam kitab itu telah dimuat 50 macam persoalan ‘Ulúm Al-Qur’án.
2)      Muhammad bin Sulaiman Al-Kafiyaji yang menyusun kitab At-Tafsir fi Qawa’id At-Tafsir. Kitab ini menjelaskan makna tafsir, takwil, Al-Qur’an, surat dan ayat.
3)      Jalaludin ‘Abdurrahman bin Kamaluddin As-Suyuthi yang menyusun kitab Ath-Tahbir fi ‘Ulúm At-Tafsir. Kitab ini merupakan kitab ‘Ulúm Al-Qur’án yang paling lengkap karena memuat 102 macam ilmu ilmu Al-Qur’an. Ia kemudian menyusun kitab Al-Itqán fi ‘Ulúm Al-Qur’an.
Setelah Asy-Suyuti wafat pada tahun 911 H, perkembangan ilmu ilmu Al-Qur’an Seolah berhenti dengan berhentinya kegiatan kegiatan ulama dalam mengembangkan ilmu ilmu Al-Qur’an. Keadaan semacam ini hadir sampai abad ke-13 H.
i.        Perkembangan ‘Ulum Al-Qur’an abad ke -14 H
Pada abad ini mulai bangkit kembali perhatian ulama dalam penyusunan kitab kitab yang membahas Al-Qur’an dari berbagai segi. Hal ini diantaranya dipicu oleh kegiatan di Universitas Al-Azhar Mesir. Ada sedikit pengembangan tema yang dilakukan ulama pada abad ini dibandingkan dengan abad sebelumnya. Pengembangan itu diantaranya berupa penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Ajam. Pada abad ini, perkembangan Ulum Al-Qur’an diwarnai oleh usaha usaha menebarkan keraguan dikalangan orientalis atau oleh orang Islam sendiri yang dipengaruhi oleh orientalis. [7]
Beberapa karya ‘Ulum Al-Qur’an yang lahir pada abad ini adalah:
1)      Jamaluddin Al-Qasimy yang menyusun kitab Mahasin Al-Ta’wil.
2)      Muhammad ‘Abd Al-Azhim Az-Zarqani yang menyusun kitab Manahil Al-Irfan fi Ulum Al-Qur’an.
3)      Muhammad Ali Salamah yang menyusun kitab Manhaj Al-Furqan fi Ulum Al-Qur’an.
4)      Subhi As-Salih yang menyusun Kitab Mahabits fi Ulum Al-Qur’an.[8]





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      ‘Ulum Al-Qur’an adalah Ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan AL-Qur’an dari sisi informasi tentang asbab an-nuzul (sebab sebab turunnya Al-Qur’an), kodifikasi dan tertib penulisan Al-Qur’an, ayat-ayat yang diturunkan di Mekah (makkiyyah) dan ayat ayat yang diturunkan di Madinah (madaniyyah), dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Al-Qur’an.

2.      Perkembangan ilmu Al-Qur’an terbagi menjadi dua, yaitu sebelum kodifikasi dan sesudah kodifikasi. Perkembangan sebelum kodifikasi ditandai dengan Abu Al Aswad al Duali untuk meletakkan kaedah kadah bahasa Arab . Usaha yang dilakuka Ali tersebut dipandang sebagai peletakkan dasar ilmu i’rab Al-Qur’an. Perkembangan setelah kodifikasi ditandai dengan lahirnya berbagai ilmu tentang Al-Qur’an.  Perkembangan ‘Ulum Al-Qur’an setelah masa kodifikasi:
a.       Abad ke 2 H         :   ilmu tafsir
b.      Abad ke-3 H         : Ilmu Asbab An-Nuzul, Ilmu Nasikh wa Al-mansukh, Ilmu Makki wa Madanni, Ilmu Qira’at,Ilmu Fadha’il Al-Qur’an
c.       Abad ke-4 H         :   ilmu gharib Al-Qur’an
d.      Abad ke-5 H         :   ilmu i’rab Al-Qur’an
e.       Abad ke-6 H         :   ilmu Mubhamat Al-Qur’an
f.       Abad ke-7 H         :   Ilmu Majaz Al-Qur’an
g.      Abad ke-8 H         :   Ilmu Badai’i Al-Qur’an, Ilmu Aqsam Al-Qur’an, Ilmu Hujaj Al-Qur’an, Ilmu Amtsal Al-Qur’an
h.      Abad ke-9 dan 10 H:  muncul kitab tentang ‘Ulum Al-Qur’an yang lengkap atau sempurna.
i.        Abad ke-14 H       :   kebangkitan kembali ‘Ulum Al-Qur’an.




DAFTAR PUSTAKA
Al Munawar, Said Agil Husin. Al-Qur’an Membangun Tradisi dan Kesalehan Hakiki. Ciputat : PT. Ciputat Press. 2005.
Anwar,Rosihon. Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia. 2012.
Anwar,Said. Ulumul Qur’an. Jakarta:Amzah. 2009.
Ash-Shiddiqi,Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta:Bulan Bintang. 1992.
Gufron,Muhammad dan Rahmawati. Ulumul Qur’an : Praktis dan Mudah. Yogyakarta : Teras. 2013.
Saifullah dkk, Ulumul Qur’an. Ponorogo: Prodial Pratama Sejati Press.2004.
Zuhdi,Masyfuk. Pengantar Ulumul Quran. Surabaya: Bina Ilmu. 1993.



[1]               Abu Anwar,Ulumul Qur’an (Jakarta: Amzah,2009), hlm. 7.
[2]               Rosihon Anwar, Ulum Al Qur’an(Bandung: Pustaka Setia,2012),hlm. 13.
[3]               Hasbi Ash-Shiddiqi,Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang,1992), hlm. 7.
[4]               Anwar, Ulum............. ,hlm.17.
[5]               Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi dan Kesalehan Hakiki(Ciputat : PT. Ciputat Press,2005),hlm.  9.
[6]               Saifullah dkk, Ulumul Qur’an (Ponorogo: Prodial Pratama Sejati Press,2004), hlm.10.
[7] Anwar, Ulum ...... , hlm. 19-24.
[8] Masyfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Quran (Surabaya: Bina Ilmu,1993) hlm.30.